Emmanuel Macron Tuding Muslim Prancis Separatisme, Begini Reaksinya!

- 11 Desember 2020, 12:53 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron
Presiden Prancis, Emmanuel Macron /Instagram.com/@emmanuelmacron

SINARJATENG.COM - Negara Prancis akhir-akhir ini menjadi perbincangan.

Sebagai tindak lanjut dua penyerangan yang terjadi pada Oktober 2020 kemarin, Presiden Prancis, Emmanuel Macron menyebutkan bahwa tindakan penyerangan tersebut adalah bukti dari adanya 'Islam Radikal' yang tumbuh di Prancis.

Menyikapi hal tersebut, Macron kemudian melakukan penutupan di beberapa masjid, sekolah, ataupun asosiasi muslim.

Baca Juga: Berikut Hasil Perlawanan 'Pengantin' PKS dan Demokrat dengan Partai Lainnya di Kota Medan

Pembuatan kebijakan dengan kesan Islamophobia di negara dengan jumlah muslim terbanyak di Eropa ini membuat kontroversi.

Lebih parahnya lagi, pada Rabu, 2 Desember, Macron menyebut bahwa ia dan pemerintahannya akan berusaha untuk menghalangi apa yang ia sebut 'separatisme muslim'.

Secara konstan separatisme muslim tersebut ia kaitkan dengan penggunaan hijab dan juga perlindungan terhadap media Charlie Hebdo, yang membuat karikatur Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Mulai dari RCTI, TV One, Trans Tv, dan Trans 7, Berikut Jadwal TV Pada 11 Desember 2020

Tidak hanya membuat warga dunia marah, ternyata kebijakan pemerintah Prancis itu membuat warga muslim Prancis menjadi sakit hati.

Mereka mengeluhkan bahwa semenjak adanya kebijakan ini, hidup mereka di Prancis menjadi tidak tenang.

Salah satunya adalah Fatoumata Diaby (53) seorang penjual kain yang sudah hidup lama di Prancis. Ia menyatakan bahwa dirinya adalah seorang warga Prancis dan juga seorang muslim.

 Baca Juga: Suap Bansos Milik Menteri Sosial Juliari Batubara Bisa Beli 12 Ribu unit Motor Honda BeAT!

"Tapi mengapa kini, terlihat seperti saya harus memilih diantara kedua hal tersebut (menjadi warga Prancis atau menjadi muslim).

"Itu memang benar saya tidak terlalu banyak bergaul dengan warga Prancis. Tapi saya senang tinggal dengan mereka. Saya bekerja keras dan membayar pajak saya. Saya tidak menyebabkan masalah. Mengapa harus ada permasalahan ini?," tuturnya dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al-Jazeera.

Lyess Chacal (49) menyebutkan hal lain lagi jika dibandingkan Diaby. Tinggal di Prancis sejak kecil, Lyess mengaku bersyukur bahwa Prancis mengadopsi sistem sekularisme. Hal tersebut membuat ia bisa tenang beribadah tanpa ada gangguan dari penduduk lain.

 Baca Juga: Pilkades 2020 digelar Serentak, Begini Tanggapan Bupati Ciamis Mengenai Warga yang Terkena COVID-19

Tetapi semenjak muslim mulai menjadi banyak di Prancis, ia mengaku bahwa disitulah timbul masalah. Salah satunya adalah islam radikal.

"Ini menganggu beberapa orang. Seperti halnya agama radikal. sangat memalukan apa yang terjadi karena separatisme. Saya merasa sangat tidak nyaman tentang apa yang terjadi di Prancis sekarang. Tentu saja ada banyak masalah yang berperan di sini.

"Tetapi saya tidak pernah membayangkan hasil ini ketika masih mudah. Situasinya ternyata lebih buruk dari mimpi terburuk saya dan kami sedang menuju sebuah bencana," tutur Lyess.

 Baca Juga: Benarkah Sakit Mata Jadi Gejala Baru COVID-19? Berikut Penjelasannya!

Dan terakhir adalah Meryeme Anfousse (24), berbeda dengan dua warga lainnya, arsitek ini menceritakan pengalaman tidak menyenangkan ketika ia menggunakan hijab di angkutan umum.

Anfousse mengaku bahwa ia jarang mendapat masalah karena menjadi muslim di negara Prancis. Tetapi saat masalah 'Islam Radikal' mulai muncul, Anfousse mendapatkan insiden kecil.

"Ini terjadi ketika saya memakai jilbab. Tetapi itu bisa dan memang terjadi di kota mana pun di seluruh dunia.

 Baca Juga: Banjir Aceh Belum Teratasi, Ketua DPD Minta Senator Turun Beri Bantuan

"Itu membuat apa yang terjadi di sini tidak lebih buruk. Tetapi hal tersebut tetap saja tidak bisa diterima," tuturnya menjelaskan.

Dilansir dari Pikiran Rakyat dengan judul Bikin Sedih, Begini Isi Curhatan Muslim Prancis yang Dituding Separatisme oleh Emmanuel Macron, Ia menuding media adalah penyebab dari maraknya perilaku Islamophobia di Prancis.

"Saya pikir banyak masalah saat ini di Prancis disebabkan oleh sebagian media. Saya pikir mereka tidak memberikan kesan Islam yang nyata dan seharusnya.

Baca Juga: Bendahara SMKN 2 Karawang Digelandang Karena Kasus Korupsi, Begini Tanggapan Kepala Sekolahnya

"Muslim di Prancis bekerja dan berkontribusi pada perekonomian, dan mereka tidak menimbulkan masalah," ujarnya lagi.***

Editor: Intan Hidayat

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah