BPS Catat Nilai Tukar Petani Oktober 2020 Naik 0,58 Persen

- 2 November 2020, 14:51 WIB
Petani mengumpulkan padi yang keluar dari mesin perontok di Desa Porame, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (22/10/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi padi pada 2020 sebesar 55,16 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik sebanyak 556,51 ribu ton atau 1,02 persen dibandingkan produksi di tahun 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG disebabkan luas panen yang juga bertambah seluas 108,93 ribu hektare. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/foc.
Petani mengumpulkan padi yang keluar dari mesin perontok di Desa Porame, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (22/10/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi produksi padi pada 2020 sebesar 55,16 juta ton gabah kering giling (GKG) atau naik sebanyak 556,51 ribu ton atau 1,02 persen dibandingkan produksi di tahun 2019 yang sebesar 54,60 juta ton GKG disebabkan luas panen yang juga bertambah seluas 108,93 ribu hektare. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/foc. /BASRI MARZUKI/ANTARAFOTO

JAKARTA, SINARJATENG.COM - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) pada Oktober 2020 sebesar 102,25 atau naik 0,58 persen dibandingkan NTP pada September 2020 yakni sebesar 101,66.

"Kenaikan tersebut dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,81 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 0,23 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto saat menggelar konferensi pers secara virtual di Jakarta, Senin 2 November 2020.

Dengan demikian secara nasional, kata dia, NTP Januari–Oktober 2020 sebesar 101,36 dengan nilai It sebesar 107,02 sedangkan Ib sebesar 105,58.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ajak Warga Hidupkan Kembali Bank Sampah

Pada Oktober 2020 NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami kenaikan tertinggi yakni 2,49 persen dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Banten mengalami penurunan terbesar 1,13 persen dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.

Pada Oktober 2020 terjadi kenaikan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Indonesia sebesar 0,24 persen yang disebabkan oleh kenaikan indeks pada sepuluh kelompok pengeluaran.

NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.

Baca Juga: Tercebur Sumur, Korban Berhasil Diselamatkan Tim SAR Gabungan

NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.***

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x