Demonstrasi Memprotes Undang-undang Cipta Kerja Memasuki Minggu Kedua

- 13 Oktober 2020, 08:38 WIB
Seorang anggota serikat pekerja Indonesia memprotes reformasi ketenagakerjaan pemerintah dalam RUU “penciptaan lapangan kerja” di Jakarta, Indonesia, 12 Oktober 2020,
Seorang anggota serikat pekerja Indonesia memprotes reformasi ketenagakerjaan pemerintah dalam RUU “penciptaan lapangan kerja” di Jakarta, Indonesia, 12 Oktober 2020, /Antara/Reuters/

JAKARTA, SINARJATENG.COM - Ratusan pekerja yang mengendarai sepeda motor dan mengibarkan bendera menggelar aksi unjuk rasa di ibu kota Indonesia Jakarta pada Senin, protes yang menyerukan kepada Presiden Joko Widodo untuk mencabut undang-undang ketenagakerjaan baru yang kontroversial memasuki minggu kedua.

Omnibus law disebut dirancang untuk meningkatkan investasi dan memotong birokrasi telah memicu protes luas, pengunjuk rasa mengatakan undang-undang tersebut merusak hak-hak tenaga kerja dan melemahkan perlindungan lingkungan.

Demonstrasi meletus di kawasan industri dan kota-kota di seluruh nusantara minggu lalu setelah RUU tersebut disahkan mendapat reaksi penolakan di beberapa daerah, fasilitas umum dibakar, dan hampir 6.000 orang ditangkap.

Baca Juga: Pemerintah Indonesia Sebut Vaksin COVID-19 mulai tersedia November 2020

Seorang pengurus serikat pekerja memperkirakan sekitar 1.000 pekerja telah berkumpul di Jakarta Pusat untuk kembali melakukan unjuk rasa.

“Kami ingin omnibus law dicabut, dan pemerintah mengeluarkan keputusan presiden untuk menggantikannya,” kata Ema Liliefna dari Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSBSI) seperti dikutip dari laman Reuters.

Beberapa pengamat mengkritik perubahan itu dianggap terlalu tergesa-gesa dan merusak undang-undang ketenagakerjaan yang ada, termasuk tentang pesangon dan jam kerja.

Baca Juga: Ganjar Ajak Rektor, Buruh dan Pengusaha Duduk Bersama Bahas UU Ciptakerja

Terlepas dari kepastian Jokowi bahwa undang-undang tersebut diperlukan untuk membantu menciptakan lapangan kerja karena ekonomi yang dilanda pandemi di Asia Tenggara mengarah ke resesi, beberapa kelompok, termasuk asosiasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdatul Ulama, telah berjanji untuk mengajukan peninjauan kembali.

Halaman:

Editor: Eko Wahyu Putranto

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah