Wacana Gabungkan Jokowi-Prabowo Menuai Banyak Tanggapan, Demokrat: Indonesia akan Berhenti Bergerak

20 Juni 2021, 13:47 WIB
Komunitas Jokowi Prabowo atau Jokpro membentuk sekretariat nasional untuk mendukung Jokowi dan Prabowo di Pilpres 2024. /Antara Foto dan Instagram.com/@jokowi/



SINARJATENG.COM - Rencana jabatan presiden tiga periode seolah mengingkari apa yang sudah diamanahkan oleh konstitusi. Wacana yang sempat beredar adalah menggabungkan Jokowi dengan Prabowo.

Wacana tersebut mendapat respon dari Partai Demokrat, menurut Kepala Badan Komunikasi dan Strategis DPP Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, Indonesia bukan hanya Jokowi dan Prabowo yang seakan tanpa keduanya Negara ini tidak bisa maju dan menjadi lebih baik.

Jika kemudian masyarakat kembali menyerahkan nasib Indonesia kembali kepada Jokowi dan Prabowo Subianto, Indonesia akan berhenti bergerak.

Baca Juga: Teriakan 'Airlangga Capres' Kembali Menggema Keras di Rapimda Golkar Kota Semarang

Indonesia memiliki banyak calon pemimpin potensial dalam beberapa tahun terakhir, di antaranya Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan; Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil; Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Termasuk Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto; Muhaimin Iskandar; Ketua DPR Puan Maharani; dan tidak terkecuali Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono.

"Dari deretan pemimpin partai politik, misalnya. Berbagai survei juga telah mengkonfirmasi keinginan rakyat Indonesia mendapatkan pemimpin baru di 2024 dan menolak keras wacana tiga periode," kata Herzaky Mahendra Putra dalam keterangannya, Minggu, 20 Juni 2021.

Baca Juga: Astaga, Sebanyak 40 Ibu Hamil di Karanganyar Terkonfirmasi Positif Covid-19

Menurutnya dua periode masa jabatan presiden sesuai dengan amanah konstitusi, dan dalam beberapa kesempatan Jokowi sudah menolak wacana tiga periode.

"Tentunya penolakan beliau ini bukan basa-basi apalagi lip service belaka. Janganlah beliau kemudian dipancing untuk mengamputasi demokrasi dan menghancurkan cita-cita reformasi," tutur Herzaky.

Herzaky berpandangan, sudah tentu Presiden Jokowi ingin dikenang laiknya Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah selesai menjabat pada 2024 mendatang.

Baca Juga: 26 Orang Terjaring dalam Operasi Yustisi di Karanganyar

Dirinya menyarankan, agar lebih relawan itu melawan Covid-19, membantu masyarakat yang tengah mengalami krisis kesehatan dan ekonomi.

"Setop bermanuver politik, fokus bantu rakyat saja. Mari kita bantu Presiden Joko Widodo menangani pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi saat ini," kata dia.

Sebelumnya, Penasihat komunitas Jokpro 2024, M. Qodari, mengungkap alasan dirinya dan kolega membentuk komunitas yang mendukung Jokowi-Prabowo maju di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

Baca Juga: Terombang-ambing di Tengah Laut Kepulauan Seribu, Bocah Ini Diselamatkan TNI AL Saat Patroli Rutin

Qodari berpendapat bahwa, duet Jokowi-Prabowo akan menyatukan masyarakat yang dinilainya sedang terbelah akibat polarisasi Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Duet Jokowi-Prabowo diambil karena dinilai bisa menyatukan masyarakat yang terbelah dan terpolarisasi akibat Pilkada 2017. Solusinya menggabungkan representasi dua tokoh terkuat di Indonesia, yakni Jokowi dan Prabowo," kata Qodari.***

Editor: Intan Hidayat

Tags

Terkini

Terpopuler