Cara Kreatif Rakyat Myanmar Menentang Kekuasaan Militer di Hari Paskah

- 4 April 2021, 11:49 WIB
Aksi Protes rakyat Myanmar terkait kudeta militer di Hari Paskah melalui telur paskah.
Aksi Protes rakyat Myanmar terkait kudeta militer di Hari Paskah melalui telur paskah. /Twitter/ @RosseKay/

SINARJATENG.COM – Aksi protes rakyat Myanmar terhadap kudeta militer yang berlagsung sejak 1 Februari 2021 tidak pernah surut.

Dilansir dari Reuters, Hari Paskah ini juga menjadi momentum bagi rakyat Myanmar yang menentang kekuasaan militer untuk mengadakan aksi protes dengan cara yang cukup unik. Mereka mengungkapkan protes mereka dengan menggambar di atas telur Paskah.

Hasil gambar telur Paskah diunggah di sosial media. Setelah Sabtu, 3 April 2021 pada tengah malam waktu setempat, masyarakat serentak menyalakan lilin untuk mengenang para korban meninggal dalam aksi protes kudeta militer.

Baca Juga: Bocoran Ikatan Cinta 4 April 2021, Andin Buktikan Kepada Mama Rosa Bahwa Dia ‎Bukan Pembunuh Roy

Oposisi kekuasaan militer juga melancarkan kampanye terkait pemberontakan warga sipil, bahkan mereka menggelar aksi mendadak dan sering kali menggunakan pertunjukan yang kreatif. Tidak terkecuali saat Hari Paskah ini.

Pesan yang tertulis di atas telur Paskah diantaranya “We must win” (Kita Harus Menang), “Spring Revolution” (Revolusi Musim Semi), dan “Get out MAH” (Pergilah MAH), yang merujuk pada pemimpin junta militer Min Aung Hlaing. Gambar-gambar ini kemudian diunggah di media sosial.

Militer telah menyebarkan kampanyenya untuk mengatur arus informasi dan mengatur pesan yang disampaikan. Bahkan militer memerintahkan para provider internet untuk memutus jaringan nirkabel, sejak Jumat 2 April 2021.

Baca Juga: 6 Buku Selfhelp Rekomendasi Terapis Mental yang Bisa Membuat Hidupmu Lebih Bahagia

Hal ini menyebabkan sebagian besar pelanggan kehilangan akses internet, meskipun beberapa pesan dan gambar masih dapat diunggah dan dibagikan.

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) yang memantau korban dan tahanan sejak kudeta militer mencatat, korban meninggal telah mencapai 557 orang.

“Rakyat dari penjuru Burma (Myanmar) terus menyuarakan untuk mengakhiri era diktator, untuk (mencapai) demokrasi dan hak asasi manusia,” ujar anggota AAPP sebagaimana dikutip Sinar Jateng pada laman Reuters.

Baca Juga: Polda Kalteng Gelar Simulasi Penanganan Orang Tak Dikenal untuk Antisipasi Serangan Terorisme

Masyarakat setiap hari turun ke jalan sering dalam kelompok kecil di kota kecil, untuk melakukan aksi protes terhadap kembalinya kekuasaan militer setelah selama sepuluh tahun Myanmar mulai pemerintahan demokrasi. Sedangkan pada malam hari, mereka berkumpul dan menyalakan lilin.

Menurut AAPP, 2.658 orang telah ditahan. Termasuk 4 orang wanita dan satu orang laki-laki yang sempat mengunjungi kru CNN untuk wawancara di jalanan Ibukota Yangon pada minggu lalu.

Juru bicara CNN mengatakan, pihaknya mengetahui terkait penangkapan kelima orang tersebut setelah melakukan wawancara.

Baca Juga: PSIS Semarang Gelar Latihan Jelang Hadapi PSM Makassar di Laga 8 Besar

“Kami mendesak pihak berwenang untuk menjelaskan hal ini, dan mendesak para tahanan agar dibebaskan dengan aman,” ujarnya.

Namun, pihak kepolisian dan juru bicara junta militer menolak untuk menerima panggilan telepon terkait hal ini.***

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x