Cegah Baby Blues Syndrom, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Sosialisasikan Kesetaraan Gender dalam Keluarga

- 24 Oktober 2021, 10:52 WIB
Cegah Baby Blues Syndrom, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Sosialisasikan Kesetaraan Gender dalam Keluarga
Cegah Baby Blues Syndrom, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Sosialisasikan Kesetaraan Gender dalam Keluarga /Tim KKN UIN WS/SinarJateng

SINARJATENG.COM - Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Dari Rumah (RDR) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kelompok 76 menggelar webinar bertemakan "Family Equality: Papa Juga Orang Tua". Webinar tersebut diselenggarakan secara daring melalui zoom meeting, Sabtu 23 Oktober 2021.

Alifa Fadila, Ketua Devisi Kesetaraan Gender KKN RDR 77 kelompok 76, menerangkan di masa kehamilan kehadiran ayah sangat krusial sehingga membutuhkan komitmen.

"Seharusnya, suami harus menyadari sejak istri mengandung ia telah berkomitmen menjadi papa bagi buah hatinya", paparnya.

Baca Juga: INFO LOKER! Universitas Muhammadiyah Semarang Buka Lowongan Kerja Jadi Dosen, Cek Kualifikasinya

Ia menjelaskan, keandilan ayah merupakan hal yang krusial untuk mencegah baby blues syndrom pada istri pasca melahirkan.

"Pasca melahirkan, kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akan menurun drastis, sehingga istri akan menjadi lebih sensitif dan emosional. Disini keandilan suami dibutuhkan sebagai upaya preventif agar kecemasan ibu tidak berlanjut menjadi baby blues syndrom", tegasnya.

Salah satu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) sekaligus pemateri webinar, Endang Supriadi memaparkan masa kehamilan merupakan periode krisis bagi wanita.

"Masa kehamilan merupakan periode krisis dalam kehidupan wanita. Sejak janin tertanam di rahim hingga kelahiran, kelabilan hormon membuat psikis tidak stabil", jelas Endang.

Baca Juga: Sambut Hari Santri Nasional 2021, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Gandeng PMI Kota Semarang Adakan Donor Darah

Endang menjelaskan, di lapangan reaksi wanita terhadap kehamilan dan kehadiran buah hati sangatlah bervariasi.

"Sewaktu hamil, reaksi dari sang calon ibu sangat beragam, emosi yang muncul juga berbeda-beda. Ada yang merasa khawatir, takut maupun bahagia", tuturnya.

Namun ia menekankan bila kecemasan tidak hanya muncul dari pihak perempuan.

"Emosi semacam ini tidak hanya dirasakan oleh calon ibu namun juga oleh calon papa. Kami juga merasa gelisah, karena anak bukan sekedar anugrah tapi juga sebuah amanah", tegas Endang.

Namun, Endang mengingatkan bila keikutsertaan papa harus disiapkan jauh-jauh hari bahkan saat kehamilan.

Baca Juga: 14 Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kunjungi Pelaku UMKM Budidaya Jamur Tiram di Gondoriyo

"Keikutsertaan ayah dalam menyambut kehadiran buah hati memerlukan proses.
Jadi, sejak awal suami harus aktif menemani istri dalam pemeriksaan kehamilan", kata Endang.

Selain itu, ia juga bercerita mengenai artikel yang sempat ia baca, what your partner might need your during pregnancy.

"Jadi, keikutsertaan suami di masa kehamilan dapat menentukan keberhasilan istri dalam
mencukupi kebutuhan asi bagi bayi", tegasnya.

Endang menyayangkan banyaknya pria yang enggan membantu istri melakukan pekerjaan domestik padahal hal tersebut dapat memicu baby blues syndrom.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo dan Ibu-ibu Warga Wonosari Adakan Kepungan Ingkung pada Puncak Safari Maulid Nabi

"Saya sering menjumpai suami yang enggan membantu istri pasca melahirkan, padahal kan rasa lelah serta psikis yang kurang stabil dapat memicu hadirnya baby blues syndrom.", pungkasnya.

Keengganan pria untuk membantu istrinya, membuat Endang mengingat salah satu teori dari Petter L begger mengenai pernikahan.

"Jadi saat laki-laki dan perempuan disatukan oleh ikatan pernikahan, mereka akan melebur dengan sendirinya sehingga memunculkan kesetaraan dikedua belah pihak. Lagipula tolong menolong kan juga diperintahkan agama", jelasnya.

Baca Juga: Tumbuhkan Cinta Nabi, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ikut Partisipasi pada Acara Maulid Nabi di Desa Yamansari

Terakhir ia mengingatkan para suami agar selalu memposisikan diri dalam keluarga.

"Saya selalu memposisikan diri untuk semua anggota keluarga. Menjadi papa bagi buah hati saya, menjadi suami bagi istri saya. Karena sesungguhnya terciptanya suatu keharmonisan itu berawal dari sebuah kepedulian", tutupnya.***

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah