14 Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kunjungi Pelaku UMKM Budidaya Jamur Tiram di Gondoriyo

- 20 Oktober 2021, 19:52 WIB
14 Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kunjungi Pelaku UMKM Budidaya Jamur Tiram di Gondoriyo
14 Mahasiswa KKN UIN Walisongo Kunjungi Pelaku UMKM Budidaya Jamur Tiram di Gondoriyo /Tim KKN UINWS/SinarJateng.com



SINARJATENG.COM - Sebanyak empat belas mahasiswa anggota KKN Regular DR ke-77 UIN Walisongo melakukan kunjungan pada UMKM Budidaya Jamur Tiram di kelurahan Gondoriyo RT 01 RW 04, Ngaliyan pada Selasa 19 Oktober 2021.

"Budidaya jamur tiram ini sudah berdiri dari tahun 1998 dan bertahan hingga sekarang dan menjadi salah satu UMKM unggulan dari Kelurahan Gondoriyo,” ujar Koriq (48) pemilik UMKM Jamur Tiram.

UMKM ini merupakan pengembangan yang dilakukan secara individu oleh Bu Koriq yang dibantu suami dan kedua anak serta ibunya sehingga menjadi usaha keluarga yang menjanjikan.

Baca Juga: Jadwal Vaksinasi di Puskesmas Cluwak, Pati Catat Waktunya

Modal awal yang dikeluarkan bu koriq untuk memulai bisnis jamur tiram sebesar lima juta rupiah yang digunakan untuk membeli bibit jamur tiram, perlengkapan dan membangun ruangan pembudidayaan jamur tiram.

Untuk media penanaman jamur tiram Bu Koriq menggunakan media katul, grajen karet, gamping dan sekam yang kemudian dicampur merata dan diberi bibit jamur lalu dikukus dalam dandang khusus yang bisa berisi kurang lebih 1000 lok selama 24 jam.

Setelah loknya jadi barulah akan disusun di dalam ruangan yang akan menjadi tempat budidaya jamur tiram, dalam hal ini Bu Koriq menyusunnya di rak yang terbuat dari bambu dengan sususan depan belakang secara zigzag.

Baca Juga: HUT ke-57 Golkar, Pengurus DPD Golkar Jateng Tabur Bunga di TMP Giri Tunggal Semarang

Karena menurut beliau cara seperti ini akan cepat menghasilkan jamur. Suhu ruangan juga harus cenderung lembab namun ada kalanya harus mendapatkan cahaya matahari pada pagi hari selama kurang lebih 2 jam.

Perawatan jamur harus dilakukan secara telaten karena setiap pagi harus memanen, menyirami, membersihkan bagian spora yang kering hingga mengecek adanya hama atau ulat di sekitar ruangan budidaya. Untuk ketahannanya, lok tersebut bisa bertahan sampai dengan 6 bulan lamanya baru akan diganti dengan lok yang baru.

Halaman:

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x