Mitigasi Pandemi Ala Budaya

- 6 Januari 2021, 12:57 WIB
Ahwan Fanani, Sosiolog UIN Walisongo Semarang
Ahwan Fanani, Sosiolog UIN Walisongo Semarang /Dok. Pribadi/Sinarjateng.com

Oleh : Dr. Ahwan Fanani

Pemahaman Dasar

Beberapa waktu lalu Prof. Sri Suhandjati mengajak untuk membuat artikel tentang mitigasi pandemi ala budaya.

Gagasan yang menarik karena pandemi itu bukan hanya persoalan kesehatan, tapi juga kejiwaan, keyakinan hingga sosial.

Pandemi atau pagebluk dalam pengertian lama adalah fenomena banyak orang geblak, dari kata wod blug atau bleg yang artinya jatuh. Orang Jawa menyebutnya isuk loro, sore mati atau sore loro, isuk mati (pagi sakit, sore mati atau sore sakit, pagi mati).

Baca Juga: Jadwal Lokasi Layanan Samsat Keliling Jabodetabek, Hari Ini Rabu 6 Januari 2021

Untungnya wabah Covid-19 ini tidak seserem sebagaimana digambarkan dalam maxim Jawa di atas.

Ada beberapa dasar pandangan budaya tentang manusia dan alam yang turut mempengaruhi cara pandang budaya tentang wabah. Bahwa, wabah adalah gangguan keseimbangan atau harmoni antara alam, manusia dan dunia supranatural. Mitigasi bencana tidak bisa lepas dari upaya restorasi harmoni tersebut.

Ragam Pendekatan

Halaman:

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah