Contoh Pidato Hari Santri Nasional 2021, Mendalam dan Penuh Hikmah

- 20 Oktober 2021, 13:17 WIB
Contoh Sambutan atau Pidato Kemenag pada Hari Santri Nasional 2021, Makna Tema Santri Siaga Jiwa Raga
Contoh Sambutan atau Pidato Kemenag pada Hari Santri Nasional 2021, Makna Tema Santri Siaga Jiwa Raga /Kemenag.go.id

Kita saksikan di luar sana, banyak orang yang rela menjual kehormatan karena takut kelaparan. Dalam posisi seperti ini, orang yang imannya tipis, maka tidak memperdulikan halal-haram, semuanya cara, meskipun haram, akan dianggap halal.

Seorang santri harusnya, bisa melalui ujian ini dengan mudah. Sebab, sejatinya para santri diajarkan untuk hidup sederhana. Sehingga, ketika dalam kondisi kelaparan, iman seorang santri harus tetap kuat dan teguh.

Ketiga, kekurangan harta. Jika seorang beriman memiliki harta yang cukup lalu keimanannya tetap teguh dan stabil. Tidak pula keluar dengan melakukan perbuatan-perbuatan negatif, maka hal itu sangat wajar.

Namun, lain halnya jika kondisi berputar, yakni ketika orang tersebut berada diposisi sulit, kekurangan harta misalnya, tetapi imannya masih kuat dan stabil, maka inilah yang disebut sebagai orang beriman sejati. Wahai para santri, bisakah engkau di posisi seperti ini? Wallahu a’lam.

Baca Juga: HUT ke-57, Ferry Ajak Kader Partai Golkar Jateng Tingkatkan Kepedulian Kepada Masyarakat, Bangsa dan Negara

Keempat, kekurangan jiwa (takut mati atau ditinggal mati).

Dalam hadits dari ‘Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ ». فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ أَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ فَكُلُّنَا نَكْرَهُ الْمَوْتَ فَقَالَ لَيْسَ كَذَلِكِ وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذَا بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللَّهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ فَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَإِنَّ الْكَافِرَ إِذَا بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ .

“Barangsiapa suka berjumpa dengan Allah, Allah juga mencintai perjumpaan dengannya. Sebaliknya barangsiapa membenci perjumpaan dengan Allah, Allah juga membenci perjumpaan dengannya.” Kontan ‘Aisyah berkata, “Apakah yang dimaksud benci akan kematian, wahai Nabi Allah? Tentu kami semua takut akan kematian.” Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– lantas bersabda, “Bukan begitu maksudnya. Namun maksud yang benar, seorang mukmin jika diberi kabar gembira dengan rahmat, keridhoan serta surga-Nya, ia suka bertemu Allah, maka Allah pun suka berjumpa dengan-Nya. Sedangkan orang kafir, jika diberi kabar dengan siksa dan murka Allah, ia pun khawatir berjumpa dengan Allah, lantas Allah pun tidak suka berjumpa dengan-Nya.” (HR. Muslim).

Itulah kecenderungan manusia dari dulu hingga saat ini; cinta dunia dan takut mati. Sebagai orang yang beriman, kematian sejatinya merupakan langkah untuk menuju dimensi kehidupan yang lebih hakiki. Oleh sebab itu, kematian harus dipersiapkan, bukan ditakuti.

Halaman:

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah