"Tentunya penolakan beliau ini bukan basa-basi apalagi lip service belaka. Janganlah beliau kemudian dipancing untuk mengamputasi demokrasi dan menghancurkan cita-cita reformasi," tutur Herzaky.
Herzaky berpandangan, sudah tentu Presiden Jokowi ingin dikenang laiknya Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) setelah selesai menjabat pada 2024 mendatang.
Baca Juga: 26 Orang Terjaring dalam Operasi Yustisi di Karanganyar
Dirinya menyarankan, agar lebih relawan itu melawan Covid-19, membantu masyarakat yang tengah mengalami krisis kesehatan dan ekonomi.
"Setop bermanuver politik, fokus bantu rakyat saja. Mari kita bantu Presiden Joko Widodo menangani pandemi Covid-19 dan krisis ekonomi saat ini," kata dia.
Sebelumnya, Penasihat komunitas Jokpro 2024, M. Qodari, mengungkap alasan dirinya dan kolega membentuk komunitas yang mendukung Jokowi-Prabowo maju di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Baca Juga: Terombang-ambing di Tengah Laut Kepulauan Seribu, Bocah Ini Diselamatkan TNI AL Saat Patroli Rutin
Qodari berpendapat bahwa, duet Jokowi-Prabowo akan menyatukan masyarakat yang dinilainya sedang terbelah akibat polarisasi Pilkada DKI Jakarta 2017.
"Duet Jokowi-Prabowo diambil karena dinilai bisa menyatukan masyarakat yang terbelah dan terpolarisasi akibat Pilkada 2017. Solusinya menggabungkan representasi dua tokoh terkuat di Indonesia, yakni Jokowi dan Prabowo," kata Qodari.***