Densus 88 Tangkap 26 Terduga Teroris, BNPT: Ribuan Orang Penganut Paham Radikalisme Bersedia ke Irak

- 6 Februari 2021, 20:47 WIB
Densus 88 membawa teroris dari Makasar setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Densus 88 membawa teroris dari Makasar setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. /Muhammad Iqbal/Antara

SINARJATENG.COM - Pengaruh paham radikalisme ekstrimisme memang tidak bisa dibiarkan ada di Indonesia. Selain membahayakan Negara, paham tersebut terlalu mengganggu ketenangan umum.

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berharap tidak ada lagi masyarakat, khususnya generasi muda yang terlibat tindak terorisme maupun terpengaruh paham radikalisme ekstrimisme tersebut.

Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri menangkap 26 orang terduga teroris yang berasal dari Makassar dan Gorontalo, pada 4 Februari 2021 untuk kemudian ditahan di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Baca Juga: Meski Ditengah Pandemi Covid-19, Pemerintah Daerah Jateng Tetap Lakukan Inovasi Pelayanan Publik

Terduga teroris itu dilaporkan telah mempersiapkan diri, untuk melancarkan aksinya dengan beberapa persiapan khusus.

Persiapan khusus tersebut mulai dari bela diri, memanah, melempar pisau, menembak, dan sampai telah menyiapkan 'pengantin' atau calon pelaku bom bunuh diri.

Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar, di Jakarta, Jumat, 5 Februari 2021, mengatakan tidak ingin ada lagi orang yang berangkat ke Irak dan Suriah, kemudian dipenjara karena urusan terorisme. Maupun anak-anak Indonesia yang jadi pelaku bom bunuh diri.

Baca Juga: Link Live Streaming Freiburg vs Borussia Dortmund: Prediksi Line Up Kedua Tim

Hal tersebut disampaikan saat webinar Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 7/2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN-PE).

Boy juga menyebutkan bahwa berdasarkan fakta ada sekitar 2.000 orang yang telah ditangkap, dikarenakan melanggar hukum terkait tindak pidana terorisme setidaknya dalam kurun 20 tahun terakhir.

“Mereka setuju dengan apa yang dikatakan konten narasi radikalisme. Bahkan, sampai ada 1.250 orang bersedia berangkat ke Irak,” kata Boy, sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.com dari laman Antara.

Baca Juga: Tingkatkan Perdagangan dan Investasi Bilateral RI-Swedia, Duta Besar RI Jelaskan Empat Hal Pokok Ini

Dalam kesempatan itu pula, Boy menyampaikan bahwa mereka yang berangkat ke Irak, sebagian besar sudah tewas. Namun ada yang ditahan dan sementara anak-anak hingga perempuan saat ini berada di kamp pengungsian.

Boy menuturkan, dari kenyataan itu menunjukkan betapa berbahayanya gerakan ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme yang bisa membuat orang secara tidak sadar masuk di dalamnya.

Ia menjelaskan perekrutan teroris itu memang berjalan sedemikian masifnya, baik melalui media sosial hingga ‘face to face’, yang kemudian mampu memengaruhi pikiran mereka.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Hari Ini 6 Februari 2021: Sidang Perceraian Aldebaran dan Andin Dimulai

“Akhirnya, cara berpikirnya mereka sudah berlebihan ekstrim dan tidak lagi menghargai hukum, tidak menghargai kehidupan demokrasi, tidak menghargai konstitusi, dan tidak menghargai nilai-nilai kemanusiaan,” kata Boy.

Mantan Kapolda Papua itu juga mengatakan, sudah cukup banyak anak-anak muda yang terjerat dalam tindak pidana terorisme. Sehingga perlu upaya menyeluruh, komprehensif, dan sistematis untuk mencegahnya.

Oleh karena itu, Boy menegaskan keberadaan Perpres RAN-PE sangat penting untuk meningkatkan perlindungan terhadap warga negara dari ancaman terorisme.

Baca Juga: KBRI Windhoek Terus Upayakan Pengusaha Indonesia untuk Lakukan Bisnis dengan Nimbia

Dilansir dari Pikiran Rakyat dengan judul Aksi Terorisme Kian Masif, Kepala BNPT Ungkap Ada Ribuan Orang Bersedia ke Irak, Boy mengingatkan bahwa terorisme bisa membuat siapa saja secara tidak sadar masuk atau menjadi bagiannya, dan siapa saja bisa menjadi korban dari kejahatan tersebut.

“Perpres ini (RAN-PE) melibatkan seluruh pihak, tidak boleh ada yang berpangku tangan. Jangan sampai ada orang melakukan proses radikalisasi, tetapi masyarakat tidak waspada. Jadi, ada kesadaran publik,” ujar Boy.***

Editor: Intan Hidayat

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah