Kasus Covid-19 Melonjak, Dokter Ceritakan Kondisi di Wisma Atlet

- 26 Januari 2021, 22:40 WIB
Seorang dokter di Rumah Sakit Darurat - Wisma Atlet dr. Nadhira Anindita Ralena, BMedSci curhat mengenai lonjakan kasus Covid-19.
Seorang dokter di Rumah Sakit Darurat - Wisma Atlet dr. Nadhira Anindita Ralena, BMedSci curhat mengenai lonjakan kasus Covid-19. /Dokumentasi dr. Nadhira/

SINARJATENG.COM - Melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia setelah liburan pekan lalu kini dapat dilihat dari kapasitas Tower enam dan tujuh Wisma Atlet sudah melampaui angka 2.000 pasien Covid-19.

Seorang dokter di Rumah Sakit Darurat - Wisma Atlet dr. Nadhira Anindita Ralena, BMedSci prihatin dengan keadaan yang saat ini sedang terjadi.

Menurut dia, lonjakan pasien sudah mulai terasa per tanggal 5 Januari 2021-15 Januari 2021.

Baca Juga: 53 Akta Kematian Korban Sriwijaya Air SJ 182 Telah Resmi Diterbitkan Dukcapil

"Lima hari setelah tahun baru, sif jaga siang di bangsal terasa luar biasa melelahkan. Pasien dengan desaturasi di bangsal semakin parah, namun ruang perawatan intensif penuh, dipenuhi dengan pasien-pasien dengan keadaan yang lebih buruk," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Senin, 25 Januari 2021.

Diakui dia, bangsal di rumah sakit di sana tidak memiliki oksigen dinding, yang membuat mereka harus setiap kali memastikan adanya stok oksigen tabung. 

Tetapi dengan keadaan pasien desaturasi parah yang memerlukan oksigen 15 liter per menit, dalam 1 sif jaga bangsal, pihaknya dapat menghabiskan kira-kira 4 oksigen tabung untuk 1 pasien. 

Baca Juga: Wali Kota Magelang Pastikan PPKM Diperpanjang Dua Pekan ke Depan

"IGD penuh dan penerimaan pasien-pasien baru dengan kondisi stabil disebarkan ke bangsal, sehingga kami pun dokter jaga di bangsal yang menerimanya. Saya iseng-iseng mengecek jumlah pasien masuk hari itu dan ternyata benar, drastis," ucap dia melanjutkan. 

Diakui dia, sebelum tahun baru, tower 6 dan 7 Wisma Atlet menampung sekiranya 1.000-an pasien. Lepas tahun baru, 2500 pasien hampir terlampaui. 

"Jumlah pasien kian meningkat. Beban kerja para tenaga kesehatan meningkat. Sejawat saya mulai kelelahan, bahkan ada yang jatuh sakit. Jumlah pasien terus meningkat dengan jumlah tenaga kesehatan yang malah berkurang. Kami benar-benar jungkir balik dua minggu itu," kata dia. 

Baca Juga: Menteri PAN-RB Akan Beri Sanksi Tegas untuk ASN yang Terlibat Kasus Radikalisme Hingga Korupsi

Nadhira pun menceritakan, sebagai dokter dia sempatkan berbincang-bincang santai dengan pasien, sambil menanyakan keluhan dan riwayat penyakit. 

"Seorang pasien datang ke poli bangsal dan bertemu saya dengan wajah khawatir, ‘Dok, teman saya bagaimana? Sudah 3 hari di IGD, dengan kondisi asma’. Mereka adalah teman sekantor yang menikmati liburan ke Labuan Bajo, dengan percaya diri karena hasil swab test negatif. Alhasil menikmati liburan dengan euforia dan lupa tidak berarti jika hasil swab test negatif akan negatif selamanya. Liburan akhirnya berakhir di Wisma Atlet dan menambah beban kami para tenaga medis yang sudah jungkir balik," tutur dia.

Masa inkubasi virus SARS-COV-2 secara teori WHO adalah 5-6 hari - bisa sampai 14 hari. Pasien tanpa gejala yang terinfeksi virus di hari pertama dan langsung dilakukan PCR swab test di hari yang sama, mungkin saja masih negatif. 

Baca Juga: Ganjar Pranowo Ikut Pantau Vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Kendal

Namun 5 hari kemudian timbul gejala dan saat didapatkan hasil swab test “positif”, sangat mungkin dan sering kasusnya. 

"Saya dan teman-teman tenaga kesehatan menyadari adanya klaster liburan tahun baru hanya dapat geleng-geleng kepala dan menghela napas sambil berkata, “Selamat datang klaster liburan”," kata dia. 

Menurut dia, cerita penambahan kasus Covid-19 ini lebih heboh dari sinetron televisi. Menguras fisik dan emosi, karena dia tidak habis pikir mengamati pola pikir sebagian masyarakat. 

Baca Juga: 10 Macam Dosa Besar yang Tidak Boleh Dilakukan

Dilansir dari Pikiran Rakyat dengan judul Cerita Dokter di Wisma Atlet: Nakes Sudah Jungkir Balik, Sampai Berkata 'Selamat Datang Klaster Liburan!', Pandemi belum usai, vaksinasi baru saja dimulai dan butuh waktu untuk mendapatkan kekebalan tubuh.

“Macam-macam pertanyaan seketika terbendung dalam otak. Apa kami tenaga medis sangat kurang mengedukasi? Kenapa sudah hampir satu tahun pandemi berlalu, masyarakat tetap bebal? Salah menyalahkan satu sama lain memang kodrat manusia, tapi nihil gunanya di keadaan ini. Apa yang kami tenaga medis temui di lapangan mana mungkin bohong. Yang kami butuhkan sekarang hanya kesadaran masyarakat," ucap dia.***

Editor: Anto Kurniawan

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x