Disoraki dan Kecaman Warga, Makanan Sehari-hari Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19

24 November 2020, 22:52 WIB
Ilustrasi Petugas memakamkan jenazah sesuai dengan protokol pemakaman jenazah pasien penyakit menular: Petugas Covid-19 di Palangka Raya, Kalteng, dikeroyok saat hendak memakamkan jenazah pasien corona di TPU Tjilik, pemakaman virus corona. /ANTARA/

SINARJATENG.COM - Tidak mudah ternyata menjadi petugas pemakaman Covid-19.

Pekerjaan yang tidak semudah seperti yang dibayangkan, hanya sekedar menggotong jenazah kemudian menguburkannya.

Tidak jarang mereka harus berhadapan dengan kelompok masyarakat yang menginginkan proses pemakaman seperti pada umumnya dan menolak sesuai protokol covid-19. Bahkan ada juga warga yang membully dan kecaman yang diterima.

Baca Juga: Stigma Negatif Masyarakat Terhadap Tes COVID-19, Jadi Faktor Keengganan Tersendiri

Padahal mereka bekerja siang malam, bahkan kadang dini hari. Tidak jarang pula mereka harus menunggu berjam-jam di tengah makam dengan berpakaian APD lengkap penuh keringat.

Apa yang mereka lakukan semata karena rasa kemanusiaan, tanpa imbalan dari siapapun. Sepenuhnya bekerja “lillahi ta’ala”.

Pengalaman pahit itu dialami juga oleh Hendrajat dan Sinta, petugas yang saat itu menjalankan administrasi dan pendokumentasian, warga menyoraki dan meneriaki para petugas saat akan menggotong jenazah dari ambulans dan membawanya ke pemakaman hingga penguburan.

Baca Juga: Angka Terus Meningkat, Perceraian Seperti Jadi Tren di Masa Pandemi

Beragam celotehan warga yang ditujukan ke petugas bahkan tidak jarang ada warga yang mengatakan bahwa orang yang sakit corona karena banyak dosa. Bahkan ada juga warga yang mengatakan bahwa jenazah korban corona itu adalah bohong.

Kalimat itu dilontarkan karena masyarakat tidak terima warganya diperlakukan dengan protokol pemakaman jenazah Covid-19.

Bukannya membantu proses pemakaman, warga justru menjauh dan mencemooh proses pemakamannya.

Baca Juga: Kapuspen : Tindakan Pangdam Turunkan Baliho Rizieq Shihab Didukung Panglima TNI

“Namun, itu tetap harus dihadapi dengan lapang dada, hati tak boleh terbawa emosi,” ucap Indrayanto, petugas pemakaman jenazah Covid-19 BPBD Majalengka.

Kejadian itu menurutnya di awal-awal adanya kasus meninggal akibat Covid di bulan Maret 2020, belakangan masyarakat mulai menerima walaupun terkadang lama untuk bisa diyakinkan.

Mereka pun berkisah dalam semalam pernah menguburkan hingga tiga kali dengan proses yang cukup lama dan tempat yang berjauhan, pertama harus menguburkan di Desa Salawana, Kecamatan Ligung.

Baca Juga: Menko PMK Soal Libur Panjang Desember 2020, Ada Arahan dari Presiden Untuk Dikurangi

Usai penguburan selesai pukul 23.00 WIB harus lagi menguburkan di Kecamatan Panyingkiran yang baru berakhir pukul 3.00 dini hari, setelah itu berangkat lagi ke Leuwimunding, dan pemakaman selesai menjelang siang.

“Tidak hanya lelah karena terus bekerja dan tidak tidur semalaman, yang repot juga harus terus berganti APD apalagi jika pasien positif masker bisa dua rangkap jadi betapa pengapnya,” katanya.

Baju APD setiap penguburan diganti, bekas pakai segera disemprot desinfektan dan dibungkus untuk dititipkan di limbah medis milik Rumah Sakit yang disimpan sambil pulang.

Baca Juga: Elon Musk Geser Posisi Bill Gates Jadi Orang Ke 2 Terkaya di Dunia

Tiga kasus yang meninggal dalam sehari juga terjadi baru-baru ini, yang pasiennya menjalani perawatan di RSUD Cideres, kejadian itu malam Jumat Kliwon, pasien meninggal selang waktu satu jam.

Itu menimpa pasien asal Desa Tanjungsari, Kecamatan Leuwimunding dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukahaji serta pasien asal Desa Sadasari, Kecamatan Argapura. Semua petugas bekerja penuh tak sempat tidur.

“Yang repot jika ada kejadian lain selain yang meninggal, seperti kemarin di saat yang sama ada dua yang meninggal juga ada kejadian longsor. Repot membagi tugas dua-duanya harus dikerjakan. Tapi Alhamdulillah semua selesai,” ujar Indra yang sudah tidak mengingat, telah berapa kali melakukan pemakaman kasus Covid.

Baca Juga: Sudah Uji Klinis, Kini BPOM Analisis Data Aspek Keamanan dan Efektivitas Vaksin

Yang cukup memprihatinkan bagi para petugas penguburan ini, ternyata mereka tidak memiliki perlindungan kesehatan bagi dirinya apalagi keluarganya.

Belum lagi honorarium dari apa yang mereka kerjakan sebagai petugas penguburan.

Honor yang mereka terima hanya honor bulanan biasa, tanpa tambahan apapun. Perlindungan kesehatan dilakukan secara mandiri.

Baca Juga: Usahakan Kemudahan dan Kepastian, Pemerintah Kebut RPP Perizinan Berusaha Berbasis Resiko

Mereka juga tidak menerima makanan tambahan dan multivitamin, untuk menunjang kesehatannya seperti halnya di lembaga lain yang memiliki tambahan honor dari setiap kasus yang ditanganinya serta makanan tambahan dan vitamin.***

Editor: Eko Wahyu Putranto

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler