Sukses Gelar Webinar, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ajak Perkuat Iman dan Rasa Nasionalisme

- 29 Juli 2021, 14:01 WIB
Kelompok 20 KKN MIT DR 12 UIN Walisongo Semarang gelar Webinar Nasional bertemakan 'Islam Milenial: Peran pemuda Islam dalam menyikapi radikalisme, pada Selasa 27 Juli 2021.
Kelompok 20 KKN MIT DR 12 UIN Walisongo Semarang gelar Webinar Nasional bertemakan 'Islam Milenial: Peran pemuda Islam dalam menyikapi radikalisme, pada Selasa 27 Juli 2021. /Tim KKN UIN WS/SinarJateng.com

 

SINARJATENG.COM - Kelompok 20 KKN MIT DR 12 UIN Walisongo Semarang gelar Webinar Nasional bertemakan 'Islam Milenial: Peran pemuda Islam dalam menyikapi radikalisme, pada Selasa 27 Juli 2021.

Acara tersebut menggandeng dua orang narasumber yang sangat kompeten dibidangnya yaitu Taufik Muhammad Nur, S.Ag selaku penyuluh agama di Kantor kementrian Agama Kabupaten Pati dan Luthfi Rahman,M.Si. MA selaku sekretaris Rumah Moderasi Agama UIN Walisongo Semarang.

Webinar Nasional ini di buka oleh MC dari kelompok 20 yaitu Dina Nila Khusna, dilanjutkan dengan sambutan oleh Dosen Pembimbing Lapangan, Ali Masykur, MH, dan dibuka secara resmi oleh Keynote Speaker, Solkhah Murfidah, M.Si Staf Ahli LP2M UIN Walisongo Semarang.

Baca Juga: Patut Dicontoh, Mahasiswa KKN Walisongo Lakukan Aksi Sterilisasi Rumah Ibadah

Tak lupa jua webinar ini dipandu oleh seorang moderator yang bernama Moch. Nadzir Al-kamal yang merupakan anggota dari Kelompok 20.

Retno Septia Adila, selaku Koordinator kelompok 20 mengatakan, tujuan diadakan webinar ini adalah untuk memperdalam wawasan para generasi muda tentang bahayanya sikap radikalisme, menumbuhkan rasa iman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan rasa cinta terhadap tanah air.

Tema webinar ini sengaja diangkat karena maraknya perilaku radikal dalam kehidupan sehari-hari saat ini yang mayoritasnya menyerang kalangan generasi muda, oleh karena itu webinar yang bertemakan islam milenial:peran pemuda islam dalam menyikapi radikalisme yang dibuka untuk umum ini sangat layak untuk diikuti oleh seluruh kalangan.

Baca Juga: Manfaatkan Empon-empon, Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ciptakan Minuman Kesehatan

Memasuki sesi materi, Bapak Taufik muhamad Nur, S.Ag selaku narasumber yang pertama menjelaskan, masalah radikalisme perlu menjadi perhatian bersama, radikalisme merupakan salah satu ancaman serius bagi masyarakat berbangsa dan bernegara.

Radikalisme dan teror rumit untuk dibahas dalam peristiwa tertentu,karena antara faktor yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan atau berhubungan, tidak bisa hanya dilihat dari permasalahan tertentu saja misalnya agama, ideologi atau permasalahan sosial, politik, ekonomi, namun bisa sekaligus 2 atau 3 bahkan lebih saling mempengaruhi.

Sementara pemuda sebagai bagian dari masyarakat mempunyai ruang dan kondisi yang unik, pemuda selalu memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam menentukan masa depan sebuah bangsa, namun disisi lain pemuda masih berada pada kondisi yang labil dalam menentukan sikap sebagai pribadi maupun kelompok.

"Sikap yang belum mapan ini meletakkan posisi pemuda sebagai kelompok rentan terhadap perubahan jati diri," katanya.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Sukses Gelar Webinar 'Menakar Moderasi Beragama di Masa Pandemi'

Bapak Taufik juga menjelaskan cara untuk mencegah paham radikalisme masuk ke diri kita sendiri Mencegah penyebaran paham radikal ini, bisa melalui semangat menjalankan nilai-nilai Pancasila yang telah terbukti menjadi alat untuk mempersatukan segala perbedaan yang ada.

"Melalui Pancasila para pemuda dan segenap komponen yang ada harus bersama sama untuk mencegah dan menanggulangi paham radikalisme lebihlagi terorisme," katanya.

Sedangkan menurut Bapak Luthfi Rahman, M.Si. MA menjelaskan Radikalisme adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan/pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan. Paham ini juga mengacu pada sikap ekstrim dan aliran politik.

Ada 4 indikator moderat beragama yaitu Nasionalisme, anti kekerasan, toleransi, dan akomodatif terhadap budaya lokal. Sebagai generasi milenials wajib memiliki 4 sikap ini agar senantiasa dapat membentengi diri dari masuknya paham radikalisme, tegasnya.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ajak Warga Desa Blerong Manfaatkan Daun Pisang untuk Membungkus Daging Kurban

Ahmad Firin, salah seorang audiens pada webinar ini menanyakan apakah Cadar merupakan identitas dari seorang radikalisme, bagaimana pandangan Bapak terhadap statement tersebut.

Dijawab oleh Bapak Luthfi penggunaan cadar tidak dilarang di indonesia, namun tidak dapat dipungkiri bahwanya mayoritas orang bersikap radikalisme diawali dengan pakaian bercadar yang memperlihatkan bahwa dirinya sangat tertutup dengan lingkungan sekitar dan tidak dapat dipungkiri juga bahwasanya paham radikalisme sangat mudah masuk ke orang yang tertutup dengan lingkungan sekitarnya alias orang bercadar.

Dina, sebagai seorang MC juga ikut bertanya, bagaimana cara kita menerapkan sikap moderat dalam dunia kampus?.

Luthfi kembali menjawab di kampus UIN Walisongo sendiri menerapkan standarisasi cara berpakaian untuk mahasiswanya, salah satunya mahasiswi dilarang memakai cadar, hal tersebut dilakukan agar meminimalisir masuknya paham radikalisme di lingkungan kampus.

Baca Juga: Mahasiswa KKN UIN Walisongo Ajak Warga Desa Blerong Manfaatkan Daun Pisang untuk Membungkus Daging Kurban

Walaupun radikal atau tidaknya seseorang tergantung dari dirinya sendiri namun kembali lagi kepada yang tadi saya jelaskan bahwasanya paham radikalisme sangat mudah masuk ke kalangan yang bercadar atau yang biasanya tertutup pada lingkungan sekitarnya, tegasnya.

Tak lupa ucapan terimakasih oleh MC kepada moderator, narasumber dan seluruh audiens yang telah menyempatkan waktunya untuk hadir di webinar nasional ini

"Terimakasih kami ucapkan kepada Moderator, Narasumber, dan seluruh audiens yang telah hadir dan berpartisipasi dalam acara webinar ini," pungkasnya..***

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah