Selama pandemi, sebanyak 14 persen pencari nafkah utama yang berpindah pekerjaan akibat pandemi. Dari jumlah tersebut, setengahnya berpindah dari sektor formal ke sektor informal, seperti pertanian dan konstruksi.
Sebanyak 15,5 persen rumah tangga tidak memiliki tabungan yang bisa digunakan sebagai dana darurat. Bahkan 28,3 persen rumah tangga menggadaikan kepemilikan barang-barangnya.
“Untuk strategi bertahan, satu dari tiga rumah tangga harus menjual atau menggadaikan barang, kemudian satu perempatnya harus meminjam uang secara informal dari keluarga atau teman,” ungkap Atia.
Mirisnya, pandemi Covid-19 juga meningkatkan jumlah anak yang bekerja. Sebanyak 7 persen rumah tangga memiliki anak yang bekerja dimana 2,5 persen anak tersebut mulai bekerja sejak pandemi.
Baca Juga: Momen Langka, Ibu, Bapak, dan Anak Wisuda Bersama di Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Sebesar 57,3 persen orang tua merasakan kesulitan dalam mengakses koneksi internet. Hal ini menyebabkan 20,5 persen anak mengalami penurunan konsentrasi dalam belajar, bahkan 12,9 persen anak menjadi lebih mudah marah.
Sebanyak 45 persen rumah tangga mengaku mengalami tantangan perilaku pada anak-anak mereka.
Survei ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2020 dengan sampel sebanyak 12.216 rumah tangga dari seluruh provinsi di Indonesia. Metode yang dilakukan dalam survei ini adalah wawancara tatap muka dengan menggunakan protokol kesehatan.
Baca Juga: Link Live Streaming Sheffield United vs Southampton: Prediksi Line Up Kedua Tim