FDK UIN Walisongo Siap Kolaborasi dengan Disparbud Wonosobo untuk Merintis Desa Wisata Religi

13 September 2021, 19:55 WIB
Dekan FDK UIN Walisongo Ilyas Supena menerima kenang-kenangan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo, pada Jumat 10 September 2021 /Dok. FDK UIN Walisongo

SINARJATENG.COM - Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Walisongo berkolaborasi dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Wonosobo merintis desa wisata religi.

Sebagai tindak lanjut dari MoU Rektor UIN Walisongo dengan Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Wonosobo untuk merintis Desa Wisata Religi, pada Jumat 10 September 2021.

FDK mengagendakan kunjungan ke Disparbud Wonosobo untuk persamaan persepsi. Di ruang diskusi publik Dinas Pariwisata dan Kebudayaan hadir Wakil Bupati Wonosobo, Muhammad Albar.

Baca Juga: Berkunjung ke Redaksi SinarJateng.com, Mahasiswa KPI IAIN Pekalongan Ingin Jadi Content Creator

Dalam sambutannya, Albar menjelaskan bahwa dahulu, Wonosobo terkenal sebagai kota religius. Namun semakin pudar karena yang berkembang justru wisata karaokenya. Selain itu, Wonosobo juga merupakan kota tua. Meski usianya baru 197 tahun, namun secara budaya cukup tua.

"Kalau ke Bali, sering disebut sebagai kakak karena pada masa perang hindu, yang lari ke Bali, Jatim, Tengger adalah orang-orang Wonosobo, saya junga ingin ada perubahan besar terkait religiusitas kota Wonosobo, tentu menyambut dengan senang atas kehadiran team FDK UIN Walisongo," katanya.

Antusiasme masyarakat juga luar biasa soal potensi Wonosobo baik dari segi budaya, alam maupun religinya.

Baca Juga: Hadirkan Praktisi Broadcasting, HMJ KPI FDK UIN Walisongo Gelar Diskusi 'Inovasi Radio di Era Society 5.0

Sementara, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo, Agus Siswanto, S. Sos. menegaskan bahwa visi kolaborasi FDK dengan Disparbud adalah mewujudkan salah satu desa wisata religi di Wonosobo, dimana yang akan menjadi lokasinya adalah kawasan Kalibeber.

Lebih lanjut Agus menjelaskan gambaran destinasi wisata religi yang akan digarap. UNSIQ sebagai pintu masuk kota religi, kemudian Masjid Baitul Qur'an sebagai DMO (Destinasi Manajemen Organisasi). Dan Desa Dewoduwur, tempat makam KH. Muntaha sebagai kampung santri.

"Minat masyarakat Wonosobo terhadap religiusitas tinggi, baik dari segi budaya maupun nilai tradisi Islam" Jelas Agus.

Adapun tujuan dari adanya Desa Wisata Religi ini yaitu kunjungan wisatawan meningkat, lama tinggal masyarakat meningkat sehingga bisa mendorong ekonomi dan akhirnya bisa mengentaskan kemiskinan.

Dalam agenda persamaan persepsi ini, Ketua jurusan Manajemen Dakwah, Dra. Siti Prihatiningtyas, MPd menyampaikan konsep yang akan ditawarkan dalam rintisan desa wisata religi ini.

Baca Juga: Siap Sajikan Informasi Keumatan, Kemenag Jalin Kerjasama dengan KPI

Yaitu pencanangan dan perintisan Desa Wisata Religi, kemudian pendampingan dan pembinaan Desa Wisata Religi, di sisi lain juga nantinya bisa menjadi laboratorium kegiatan dosen dan mahasiswa dalam penelitian, pengabdian masyarakat, KKN, PPL, Benchmarking, dan lain sebagainya.

Melalui kerjasama ini juga harapannya bisa membuka peluang bagi lulusan FDK, khususnya jurusan MD sebagai pengelola sumber daya Pariwisata maupun sebagai pemandu wisata.

Setelah itu, Team Fakultas Dakwah dan Komunikasi ditemani Dinas Pariwisata dan Kebudayaan melakukan survey lokasi ke beberapa tempat yang akan menjadi target rintisan desa wisata religi, yaitu ke Masjid Baitul Qur'an dan Makam KH. Muntaha di Desa Deroduwur.

Dalam kunjungan di Desa Deroduwur, team FDK dan Disparbud disambut oleh Kepala Desa setempat dan Team Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Deroduwur. Dalam acara sarasehan dan silaturrahmi ini, Kliwon Kharir selaku Kepala Desa menyampaikan bahwa desa Deroduwur sebelumnya dikategorikan sebagai desa merah karena terkenal sebagai desa miskin. "Alhamdulillah berkat dukungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mulai 2019, menjadi desa berkembang".

Baca Juga: FDK UIN Walisongo Siap Gelar International Conference Da'wah and Communication Secara Virtual

Terkait dengan jamban yang semula baru 35℅ menjadi 60℅, RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) juga masih banyak yang membutuhkan. "

Oleh karena itu, kami mohon arahan dan bantuannya agar desa Dewoduwur bisa menjadi desa yang maju" Harapan Kharir terhadap Team Dinas Pariwisata dan FDK UIN Walisongo terkait rintisan desa wisata religi di Desa Deroduwur.

Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dr H. Ilyas Supena, MAg menegaskan perlunya membangun jaringan/networking dan silaturrahmi.

"Kami sedang menjajagi kerja sama dengan Disparbud, salah satu agendanya yaitu pengembangan desa wisata religi, di mana salah satu iconnya ada di Desa Deroduwur. Lebih lanjut Ilyas mengatakan

Baca Juga: Sambut Tujuh Dosen Baru, FDK UIN Walisongo Siap Tingkatkan Pencapaian

"Kami lebih banyak akan menerima informasi tekait potensi: budaya, masyarakat, dan religi di sini. Ilyas menyampaikan dukungan penuh dalam  Pengembangan dan pendampingan desa wisata religi ini untuk menjadikan Program Studi Manajemen Dakwah, yang memang memiliki konsentrasi dalam manajemen Pariwisata Islam sebagai pilot projek dalam membuka  kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Wonosobo.

Dalam kesempatan ini, Sekretaris Desa, Sukaryo memaparkan gambaran profil Desa Deroduwur. "Deroduwur, merupakan desa miskin hingga tahun 2019. Masyarakat belum terbuka dan belum mau menerima tawaran akan dijadikannya desa wisata. Karena terkesan wisata itu ada kesan "negatif"

Baru tahun 2020, mulai terbuka untuk menjadi desa wisata. Banyak sekali potensi wisata yang ada di Desa Deroduwur di antaranya: Ziarah tahunan Bupati tiap bulan Juli, sehingga bisa menjadi ajang promosi makanan khas desa setempat. Napaktilas alumni Al-Asy'ariyah pada 1 Suro, dimana 3ven ini bisa menghadirkan 3000 orang.

Baca Juga: Besok, FDK UIN Walisongo Siap Gelar Webinar Internasional Tentang Dakwah di Masa Pandemi

Event gebyar maulud dan arakan santri, ada juga khataman kubro, wisata religi dengan ziarah berbagai makam seperti makam KH. Muntaha, makam mbah Tumenggung, makam Kertawangsa, makam Kyai Jubar, makam mbah Kyai Bulewang.

Ada juga wisata budaya diantaranya keahlian masyarkat setempat memakai helm lumpang (alat untuk menutu padi yang terbuat dari batu- red).

Wakil Dekan 1, Drs H M. Mudhofi, MAg melihat peluang dan titik terang yang akan menjadi secercah harapan dari semua steakholder rintisan desa wisata religi ini.

"Wisata religi akan diminati jika dibarengi dengan wisata lainnya seperti wisata alam, wisata kuliner, juga wisata budaya," katanya.

Melihat potensi wisata di desa Deroduwur ini, tentu Fakultas Dakwah dan Komunikasi juga akan bisa mengintegrasikan berbagai program studi yang dimiliki.

Baca Juga: 12 Mahasiswa Lulus KKN Pengakuan, Dekan FDK Berikan Apresiasi

Lebih lanjut Mudhofi menjelaskan bahwa Prodi MD yang mempunyai konsentrasi pariwisata islam, akan membantu aspek pengembangan manajemen pariwisata islam. Prodi KPI, membantu bagian marketing, konten promosi virtual.

Sehingga strategi marketingnya bisa dikemas lebih bagus dan menarik lagi.

"Prodi BPI, akan membantu pendampingan psikologis masyarakat yang biasanya khawatir terjadi perubahan sosio kulturalnya. Prodi PMI, ahli di pemberdayaan masyarakat, akan membantu dalam enterpreneurship masyarakat. Sedangkan Prodi MHU nanti akan menyisir warga yang masuk waiting list keberangkatan haji untuk dibina menjadi jamah haji mandiri," pungkasnya.***

Editor: Intan Hidayat

Tags

Terkini

Terpopuler