“Penderita Thalasemia mayor harus dibantu dengan transfusi darah setiap dua hingga empat minggu sekali seumur hidup,” katanya.
Ia pun mengatakan, penyakit tersebut di haruskan HB sembilan atau sepuluh harus transfusi darah dan harus meminum obat kelasi besi.
“Kalau hal itu tidak dilakukan akan memicu komplikasi hingga menyebabkan kematian,” ungkapnya.
Thalasemia belum diketahui dan juga belum banyak yang tahu cara mencegah dan memutus mata rantai.
“Pencegahannya dengan skrining darah diusia subur. Kalau sudah tahu menderita Thalasemia agar cari pasangan hidup jangan yang sama memiliki potensi atau pembawa thalasemia,” tuturnya.
Evi juga menjelaskan kasus penderita Thalasemia di Kabupaten Batang selalu bertambah, namun kenaikannya tidak drastis.
“Data di Kabupaten Batang penderita anak dengan Thalasemia ada sekitar 25, tapi kalau dengan orang dewasa bisa mencapai 30 orang. Di Indonesia tercatat mencapai 10.555 orang,” tandasnya.
Sementara, Sri Murti orang tua penderita Thalasemia asal Bandar dengan dua anak penyintas tersebut menyatakan tidak kesulitan merawatnya.