Kata Pakar: Vaksin Covid-19 Efektif Meski Virus Bermutasi

- 30 Desember 2020, 19:24 WIB
Dokter Dirga Sakti Rambe, Vaksinolog dan Spesialis Penyakit bersama Cherryl Hatumesen, Penyintas COVID-19, dalam dialog produktif bertema Vaksin: Fakta dan Hoaks
Dokter Dirga Sakti Rambe, Vaksinolog dan Spesialis Penyakit bersama Cherryl Hatumesen, Penyintas COVID-19, dalam dialog produktif bertema Vaksin: Fakta dan Hoaks /Foto: covid19.go.id/

SINARJATENG.COM – 1.2 juta vaksin yang dihadirkan ke Indonesia memang memberikan harapan bagi penanganan Covid-19 di Indonesia.

Meski masih menunggu hasil uji klinik fase III dan evaluasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), yang dijadikan dasar untuk mengeluarkan izin penggunaan vaksin Covid-19.

Namun, perkembangan informasi yang kian simpang siur di masyarakat terkait vaksin seringkali menyesatkan.

Baca Juga: Menyoal Virus Varian Baru, Menlu Retno Sampaikan Surat Edaran Satgas Penanganan Covid-19

Informasi yang kurang tepat dan tidak sesuai konteks ini mempengaruhi tingkat penerimaan masyarakat terhadap vaksin.

Oleh karena itu perlu untuk meluruskan informasi kepada masyarakat agar menjawab keragu-raguan.

Terkait mutasi virus Covid-19 di Inggris, dr. Dirga Sakti Rambe, Pakar Vaksinolog sekaligus Spesialis Penyakit Dalam menerangkan bahwa hal tersebut merupakan sifat alami dari virus.

Baca Juga: Tantangan dan Langkah Antisipatif Pemerintah, Optimalkan Fasilitas Kesehatan Penanganan Covid-19

“Virus itu pasti bermutasi. Supaya tidak bermutasi terus menerus, kita harus meminimalisir atau menghentikan penyebaran penyakit. Alhamdulillah, sampai saat ini mutasi-mutasi yang ada itu tidak berdampak pada efektivitas vaksin."

"Tapi kita tidak tahu, satu tahun lagi bagaimana dampak dari mutasi ini. Oleh karena itu saya tekankan bahwa kita harus konsisten menerapkan protokol pencegahan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak) supaya penyebaran Covid-19 ini bisa kita cegah”, terangnya dalam acara Dialog Produktif bertema “Ungkap Fakta Vaksin, Jangan Tertipu Hoaks” yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Selasa 29 Desember 2020.

dr. Dirga menjelaskan bahwa vaksin Covid-19 tergolong dalam jenis vaksin mati.

Baca Juga: Menyoal Virus Varian Baru, Kebijakan Berbasis Risiko Rekomendasi WHO untuk Cegah Imported Case

“Vaksin mati artinya vaksin yang diberikan kepada tubuh kita tidak ada risiko, atau risikonya nol untuk menyebabkan penyakit. Jadi tidak mungkin ada orang setelah divaksinasi Covid-19 menjadi sakit Covid-19. Itulah keunggulan dari vaksin mati”, ujarnya.

dr. Dirga juga menenangkan masyarakat untuk tidak khawatir akan adanya fenomena ADE (Antibody-dependant enhancement) pada vaksin Covid-19.

“Tapi ternyata ADE dalam berbagai penelitian dan uji klinik vaksin Covid-19 ini tidak terbukti. Sampai sekarang pada semua merek vaksin Covid-19, risiko ini tidak terjadi,” tegasnya.

Baca Juga: Kasus Positif Meningkat Tajam, Wiku Adisasmito Bedah Penanganan 8 Minggu Terakhir

Menurut dr. Dirga, profil keamanan dari proses uji klinik seluruh merek vaksin Covid-19 dilakukan dengan sangat baik. Sehingga tidak ada efek samping yang sangat serius sejauh uji klinik dilakukan.

Sementara itu dalam proses pembuatan vaksin Covid-19, dr. Dirga mengungkapkan bahwa WHO menerapkan standar efektivitas vaksin Covid 50%.

“Dari WHO menetapkan syarat minimal efikasi atau efektivitas vaksin Covid-19 itu 50% sudah bagus. Artinya kalau di bawah 50% vaksin tidak layak diedarkan." ungkapnya.

Baca Juga: Prof Wiku Adisasmito : Mohon Perbaiki Zona Daerahnya

"Tetapi vaksin yang efektivitasnya 90%, 80% atau bahkan 60 atau 70% pun pada masa pandemi ini, dampaknya sangat terasa dan sangat penting. Karena sampai sekarang kita belum punya vaksin atau obat untuk Covid-19”, tambahnya.

Dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, vaksin yang sudah ada di Indonesia baru bisa diberikan kepada masyarakat dalam batasan usia 18-59 tahun. Batasan usia ini karena pada masa uji klinik, relawan yang berpartisipasi berada pada rentang umur tersebut.

“Kemungkinan untuk memberikan vaksin Covid-19 baik untuk lanjut usia atau anak-anak masih terbuka lebar, namun harus menunggu penelitian lebih lanjut”, terang dr. Dirga.

Baca Juga: Untuk Tetap Produktif Kala Pandemi Covid-19, Imun, Aman dan Iman

dr. Dirga juga menilai keliru jika ada pendapat bahwa setiap negara harus memiliki vaksin yang berbeda.

“Nanti data-data uji klinik berbagai negara akan dianalisis secara bersamaan, sehingga dari situ kita bisa menyimpulkan gambaran utuh bagaimana tingkat keamanan dan efektivitasnya,” ungkapnya.

dr. Dirga juga meminta masyarakat tak takut dengan KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang bersifat ringan, karena manfaat dari vaksin Covid-19 jauh lebih besar.

Baca Juga: Satgas Pastikan Informasi Transparan untuk Penanganan Covid-19

“Jadi vaksin Covid-19 ini akan melindungi kita dari terdampak Covid-19 yang bergejala, termasuk Covid-19 yang berat, sampai menghindari kematian akibat Covid-19,” tegasnya.

Meski KIPI tak perlu dikhawatirkan, masyarakat harus jujur dalam mengungkapkan kondisi kesehatannya sebelum menerima vaksin.

“Jadi sebelum vaksin itu diberikan sudah ada proses pengamatan. Jadi dokter atau tenaga kesehatan akan bertanya dulu pada hari itu apakah Anda sehat, ada penyakit lain atau tidak, ada riwayat lain atau tidak. Masyarakat tidak usah khawatir, selama memenuhi syarat orang itu layak menerima vaksinasi,” tutup dr. Dirga.

Baca Juga: Vaksin Juga Digunakan untuk Persiapan Menikah dan Perjalanan Luar Negri

Untuk mendapatkan informasi resmi dan terpercaya, masyarakat dapat mengakses informasi mengenai penanganan kesehatan, vaksin Covid-19, dan pemulihan ekonomi nasional di www.covid19.go.id.***

Editor: Anto Kurniawan

Sumber: covid19.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah