Kemensos Ubah Pola Pikir KPM, Melalui PKH

- 12 Desember 2020, 22:54 WIB
Kementerian Sosial (Kemensos) mengubah pola pikir kesehatan masyarakat dengan membangun jamban sehat secara arisan (julo-julo).
Kementerian Sosial (Kemensos) mengubah pola pikir kesehatan masyarakat dengan membangun jamban sehat secara arisan (julo-julo). /Dok. Kemensos RI/

SINARJATENG.COM - Melalui Program Keluarga Harapan (PKH), Kementerian Sosial (Kemensos) mengubah pola pikir Keluarga Penerima Manfaat (KPM) untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.

Hal itu dilakukan Kemensos pada masa pandemi Covid-19 seperti ini, karena ingin terus berusaha meningkatkan kesehatan

"Dengan semangat kesetikawanan sosial dan gotong royong mereka mewujudkan pembangunan sanitasi bersih," kata pendamping PKH Kecamatan Dua Koto Kabupaten Pasaman Sumatera Barat, Rachmad Ariyo.

Baca Juga: Gugatan Konsumen Untuk DFSK Mengenai Glory 580, Akan Gelar Sidang Pada 27 Januari 2021 Mendatang

Keterangan tersebut dikatakan Ariyo ketika menjadi narasumber "Podcast Beranda di Kemensos", di Jakarta pada Sabtu, 12 Desember 2020.

Ariyo mengatakan, sebelum dibangun jamban bersih, pola hidup bersih masyarakat di sana memprihatinkan akibatnya banyak anak-anak yang tumbuh tidak sesuai harapan atau mengalami stunting. Maka upaya mengubah pola pikir dilakukan dengan semangat kebersamaan masyarakat dan gotong royong.

Kemudian, di dua desa, di Nagari Cubadak dan Simpang Tonang, mulai diwujudkan sanitasi sehat. Perubahan pola hidup bersih KPM PKH diawali dengan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) yang rutin diadakan pendamping. "Dalam pertemuan tersebut diajarkan pola hidup sehat dan gizi. Materi yang diajarkan sanitasi berbasis masyarakat,” jelas Ariyo.

Baca Juga: Pemkot Tasikmalaya Siap Operasikan Hotel Untuk Tempat Isolasi COVID-19

Dia bercerita, untuk mewujudkan pembangunan sanitasi berbasis masyarakat, pendamping PKH mengadakan arisan atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan “Julo-Julo” untuk membangun sanitasi sehat yang berwujud jamban bersih.

“Kegiatan inovasi yang dilaksanakan terhadap KPM PKH yakni Julo-Julo jamban sehat, berbentuk arisan biasa. Namun uniknya, pemenang dari julo-julo dibangunkan jamban sehat. Sebelumnya pertama sekali Program Julo-julo dicetuskan di kecamatan Bonjol Kabupaten Pasaman oleh pendamping PKH Dona Darni Putri dan program ini pernah mewakili Sumatera Barat dalam acara PKH Appreciation Day Tahun 2017 dan masuk nominasi,” tambah Ariyo.

“Pemenang julo-julo setiap bulan akan dibangunkan jamban secara gotong royong dengan adanya pembagian tugas masing-masing anggota, dengan gotong royong bisa menekan biaya seminimal mungkin, dengan perkiraan Rp 600-700 ribu rupiah sudah bisa untuk membangun jamban sehat yang setara jamban harga Rp 2-3 jutaan,” jelas Ariyo.

Baca Juga: Hyundai Tampilkan Mobil Balap WRC Hingga Mobil Listrik Ioniq Untuk Pameran Virtual

Berdasarkan data Kemensos, di Kabupaten Pasaman tercatat sebanyak 12.533 keluarga terdaftar sebagai penerima bansos PKH. Dari jumlah tersebut KPM PKH Kecamatan Dua Koto sebanyak 1.728 keluarga, hampir 80% belum memiliki Jamban sehat sendiri. Perilaku buang air rata-rata masih ke sungai.

“Besarnya pembuatan jamban membuat masyarakat sering melupakan kebersihan lingkungan mereka. Ini tentu berpengaruh buruk terhadap tumbuh kembang anak-anak mereka,” imbuhnya. Sebagaimana dikutip dari Pikiran Rakyat berjudul Bangun Jamban dengan Arisan, Kemensos Ubah Pola Pikir Pola Hidup Sehat Masyarakat.

Dengan berbagai tantangan dan kendala, dikatakan Ariyo tim pendamping PKH Kecamatan Dua Koto sudah berhasil membangun 25 jamban bersih setiap bulan dari hasil kegiatan julo-julo yang dilakukan 25 kelompok.

Baca Juga: Peduli Pendidikan di Masa Pandemi, Mitsubishi Luncurkan CSR Children Program (MCP)

“Alhamdulillah sampai hari ini berkat kerjasama Tim Pendamping PKH telah terbangun 25 jamban/ bulan. Hingga hari ini telah terbangun 275 jamban. Inti dari pelaksanaan Julo-julo jamban sehat ini selain untuk meningkatkan nilai-nilai kesehatan, yang terutama untuk meningkatkan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Dengan adanya julo-julo setiap bulan dapat membudayakan kembali semangat gotong royong dan kesetiakawanan dalam bermasyarakat,” kata dia.***

Editor: Eko Wahyu Putranto

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah