Dewan Pers Sampaikan Jika Minat Baca Masyarakat Mengenai Covid-19 Kurang

23 Januari 2021, 21:21 WIB
Ilustrasi Covid-19 atau virus corona. /PIXABAY/Geralt

SINARJATENG.COM - Media dituntut untuk menyajikan informasi yang menarik dengan penyajian yang kreatif. Jangan sampai masyarakat lebih memilih media sosial. 

Mengenai pemberitaan Covid-19 selama ini memang amat banyak. Namun, para pembaca atau audiensnya kurang.

Hal tersebut juga disampaikan Wakil Ketua Dewan Pers Indonesia Hendry Ch Bangun, dalam Webinar yang digelar Dewan Pers, Jumat, 22 Januari 2021.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Ikut Berikan Tanggapan Mengenai Jumlah Penderita Covid-19 Terus Naik

"Media massa di Indonesia secara umum membuat pemberitaan yang bernada positif tentang pandemi Covid-19 dan isu terkait, seperti ikut merasa bertanggung jawab untuk menghentikan penyebaran virus ini. Tidak ada media yang absen membuat berita tentang kerja Satgas Covid-19 di berbagai daerah, berbagai pelanggaran dan sanksinya apalagi bila menyangkut orang terkenal atau menjabat," ujarnya.

Media pun antusias memberitakan kedatangan Vaksin, penyebarannya ke pelosok Tanah Air, preview penyuntikan prominent di daerah, sampai dengan penyuntikan pertama kali terhadap Presiden Jokowi di Jakarta 13 Januari. 

Kemudian penyuntikan lalu Gubernur dan Bupati disuntik, ada di banyak media. 

Baca Juga: Begini Tanggapan Wiku Adisasmito Usai Doni Monardo Umumkan Dirinya Positif Covid-19

Tetapi, ujar Hendry, beritanya cenderung sekadar meneruskan rilis, membuat berita di permukaan, tanpa berusaha mencari keganjilan atau hal tidak biasa di balik peristiwa. Misalnya soal kaitan antara razia ketat namun persebaran panderita Covi-19 terus bertambah. 

"Atau membuat investigasi relasi antara biaya dari refocusing anggaran APBN maupun APBD dan keberhasilan kegiatan Satgas. Apakah penggunaan dana efisien?" ujar dia. 

Menurut Hendry, media belum tertarik investigasi. Sejatinya Media harus mencoba hal tersebut. 

Baca Juga: Ganjar Pranowo Minta Warga untuk Waspada Usai Adanya Waterspout di Wonogiri

"Dengan kondisi tersebut membuat berita Covid-19 rame tapi dampaknya kecil," kata dia. 

Di sisi lain, Hendry pun menilai berita Covid-19 sejauh ini pun minim pengaduan. Tidak seperti halnya pemberitaan Sriwijaya Air. 

"Kalau Sriwijaya Air tema melenceng itu sudah ada yang mengadukan, kalau Covid-19 enggak. Berarti perhatian masyarakat ke Covid-19 sudah tidak lagi besar. Apakah karena banyak info di medsos, hal ini perlu ada penelitian lebih lanjut," ucapnya. 

Baca Juga: Link Live Streaming Southampton vs Arsenal: Prediksi Line Up Kedua Tim

Selain itu, meskipun pemerintah banyak memberikan penjelasan di awal seperti sebelum vaksinasi namun ketika berlangsung, masyarakat lebih tertarik untuk menanyakan melalui media sosial.

"Sebenarnya kalau persoalan dibikin berita soft mungkin lebih menarik. Cerita dibalik vaksinasi ini banyak menurut saya ini yang masih kurang digali sehingga daya tarik kurang," ujar dia. 

"Mungkin kalau soal data, Media belum menerima data yang enak untuk diolah atau diotak-atik kan kalau di bidang olahraga angka itu menarik. Mungkin karena angka tidak diperoleh dengan baik oleh media jadi tidak ada yang bisa diolah atau bisa jadi berita Covid-19 penting itu menarik atau sudah bosan," ujar dia melanjutkan. 

Baca Juga: NU Luncurkan Aplikasi untuk Koneksikan Warga Nahdliyin Seluruh Indonesia

Kecenderungan pemberitaan Covid-19 di tanah air tersebut, kata Hendry, terjadi juga di Amerika. 

"Berita banyak tapi engagement sedikit. Mengapa? Karena tadi, karena talking news hanya motret peristiwa sekilas atau berita kering enggak diisi oleh sisi-sisi yang punya daya tarik," ucapnya. 

Dilansir dari Pikiran Rakyat dengan judul Kritisi Pemberitaan Covid-19, Dewan Pers: Banyak tetapi Kurang Keterikatan dengan Pembaca, Media seperti putus asa. Hal ini harus dipikirkan bersama, begitu pentingnya atasi Covid-19. 

Baca Juga: Tak Publikasikan jika Pernah Positif Covid-19, Menko Airlangga Donorkan Plasma Konvalesen

"Tapi kalau kita (Media) sudah bosan ya berbahaya. Contoh itu Kang Emil (Gubernur Jawa Barat) kreatif. Itu sudah ambil porsi media massa, tentu harus kita kreatif agar tidak ditinggalkan," ujar Hendry.***

Editor: Anto Kurniawan

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler