Masjid Agung Jawa Tengah Dikukuhkan sebagai Pusat Moderasi Beragama

- 18 November 2020, 15:28 WIB
Pengurus PP MAJT Drs KH Istadjib AS saat menyampaikan pendapat tentang pengembangan Museum Sejarah Islam Nusantara.
Pengurus PP MAJT Drs KH Istadjib AS saat menyampaikan pendapat tentang pengembangan Museum Sejarah Islam Nusantara. /Dok. MAJT / Isdiyanto/



SINARJATENG.COM - Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) dikukuhkan sebagai pusat moderasi beragama.

Hal itu berdasarkan deretan prestasi yang diraih, termasuk rujukan banyak negara yang tergabung dalam komunitas Interfaith dan Intercultural Dialogue.

Bahkan, koleksi Alquran raksasa MAJT belum lama ini dipamerkan pada Pameran Kebudayaan di Eropa.

Baca Juga: Timnas Ukraina Posittif Covid-19, Batal Laga Kontra Swiss di UEFA Nations League

“Kita patut bangga dengan eksistensi MAJT yang masif menyosialisasikan Islam ala Indonesia yang moderat hingga menjadikan masjid ini menjadi pusat moderasi beragama. Predikat tersebut agar dirawat dan dikembangkan,” kata Kepala Bidang Harmonisasi Umat Beragama, Kementerian Agama, Dr Anwaruddin Ambary saat mengunjungi MAJT, Jalan Gajah Raya Semarang, kemarin.

Turut hadir di acara itu, Kasubid Kerukunan Beragama, Paulus Tasik Galle, didampingi Iqna Ul Hayati dan Mardiyo. Kunjungan diterima Sekretaris PP MAJT, KH Muhyiddin didampingi Wakil Sekretaris MAJT, H Istajib AS, Korbid Bidang Kerja Sama, Nanang Nurcholis dan Korbid Humas H Isdiyanto Isman.

Kedua belah berdialog sekitar dua jam tentang ke-MAJT-an sebagai pusat moderasi beragama dunia. Dari reputasi tersebut, Dr Anwarudin menilai wajar bila MAJT ini kian intens menjadi pusat rujukan Islam moderat serta sarat dikunjungi para duta besar (Dubes), parlemen dan tokoh-tokoh dunia karena menjadi pusat moderasi beragama tingkat dunia.

Baca Juga: Tiga Fokus Penanganan Darurat Covid-19, Salah Satunya Darurat Pendidikan


Pada tataran peradaban keagamaan, MAJT juga diperkaya dengan museum sejarah perkembangan Islam nusantara, di Menara Al-Husna. Museum tersebut menggambarkan kuatnya peradaban yang terbentuk antara ajaran Islam yang dibawa Walisongo dengan budaya lokal peninggalan nenek moyang.

“Cukup mengenali khazanah MAJT yang dibangun di area tanah seluas 10 hektar, maka masyarakat dunia sudah cukup menyaksikan keseluruhan Indonesia yang kental dengan berbagai corak kebhinekaannya. Nilai inilah yang kini menjadikan Indonesia sebagai simbol Islam moderat,” kata Paulus Tasik Galle yang sudah beberapa kali mengunjungi MAJT dalam program Interfaith dan Intercultural Dialogue itu.

Sekretaris PP MAJT, KH Muhyiddin mengatakan, moderasi beragama ala Indonesia yang dikembangkan MAJT sumber utamanya dari ajaran Islam yang asli yang belum terkontaminasi pengaruh politik dari luar negeri.

Baca Juga: Pemprov DKI Jakarta Masih Berlakukan Aturan Ganji Genap hingga 22 November

Moderasi itu sangat penting dilakukan MAJT untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional, bahwa Islam tidak identik dengan kekerasan dan diskriminasi. Sebaliknya, menjunjung tinggi persaudaraan dan kemanusiaan kepada semua umat manusia.

Wakil Sekretaris MAJT, H Istajib AS mengusulkan kepada Kemenag pusa agar membantu penyempurnaan museum sejarah Islam Nusantara yang dimiliki MAJT. Koleksinya masih perlu diperbanyak agar semakin efektif sebagai literasi tentang sejarah Islam di Indonesia.

Hal sama disampaikan Korbid Kerja Sama PP MAJT, Dr Nanang Nurcholis. Ia memandang penting keterlibatan Kemenag pusat dan komunitas Interfaith dan Intercultural Dialogue Dunia dalam memperkuat berbagai kerja sama dengan MAJT dalam konteks sebagai pusat moderasi beragama dunia.***

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah