Baca Juga: Senator DPD RI Abdul Kholik Inisiasi Jimly Books Corner di Fakultas Hukum Unissula
Diceritakan Kuntarsih, Pangeran Diponegoro memiliki tempat favorit untuk beristirahat, yakni di Watu Ceper. Batu besar yang bentuknya datar. Batu itu juga dipakai Pangeran Diponegoro untuk menunaikan sholat.
Selain itu, karena letak Watu Ceper paling tinggi dari sekitarnya, maka Pangeran Diponegoro juga biasa menikmati makanan favoritnya, roti putih, kentang londo yang dimakan bersama kripik singkong dibalur sambal di tempat itu.
Kuntarsih menambahkan, di area tersebut juga terdapat Selo Tirto Manik yang sumber airnya tidak pernah surut. Dulunya Pangeran Diponegoro dan Johar Manik ingin mencari sumber air bersih yang mancur untuk berwudhu.
“Dari cerita eyang (mbah) dengan kemampuan yang dimilikinya, maka sebuah tongkat kayu ditancapkan di batu hingga berlubang dan mengeluarkan air. Hingga sekarang airnya masih mengalir deras,” imbuhnya.
Dikatakannya, setelah Johar Manik meninggal, jasadnya dimakamkan di pemakaman Tanggulayu Nanggulan tidak jauh dari Blondo. Johar Manik meninggal karena ditombak di jantungnya oleh pasukan londo ireng (Belanda hitam) sebutan kaum pribumi yang bergabung dengan Belanda.
“Kemudian oleh anak buahnya jenasah Johar Manik dikebumikan di makam Tanggulayu, Nanggulan tidak jauh dari Blondo,” katanya.
Baca Juga: Nasib Naas, Kandang Ludes Terbakar Sapi Ikut Terpanggang di Susukan Semarang
Sementara Lurah Kutowinangun Kidul Titin Eka Novia mengatakan jejak-jejak sejarah Johar Manik dan pasukan Pangeran Diponegoro saat ini sedang dikaji untuk dikembangan menjadi wisata sejarah dan religi.
"Ada beberapa makam pejuang juga yang terhubung secara historis, jadi ini bisa menjadi laboratorium sejarah perjuangan Pangeran Diponegoro di Salatiga," jelasnya.