Selama pandemi, Atikoh mengatakan ada kecenderungan peningkatan pernikahan dini dan mayoritas pelakunya perempuan.
Padahal, banyak risiko pada pernikahan dini, mulai dari melahirkan anak yang berpotensi BBLR (berat badan lahir rendah), belum siapnya emosional dan organ biologis anak, potensi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kemiskinan, dan sebagainya.
“Dan harapannya usia anak, waktunya anak mencari ilmu untuk bekal, mencari pendidikan di kemudian hari agar menjadi SDM yang kompetitif,” ujarnya.***