Menyemai Benih Harmoni Sejak Dini (moderasi beragama via jalur pendidikan anak-anak

- 10 Februari 2024, 12:02 WIB
Belasan anak usia dini belajar mengenai keberagaman agama dan budaya Indonesia pada momentum Imlek 2024, di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang.
Belasan anak usia dini belajar mengenai keberagaman agama dan budaya Indonesia pada momentum Imlek 2024, di Vihara Buddhagaya Watugong Semarang. /SinarJateng

 

Oleh : Retno Manuhoro*

SINARJATENG.COM - Kung  jiao hue ol tung, xin yi bu, ni duo mo re zhi yu zhi ay

Ay fu wo men xiao ol tung ge wo guang ming de yen di

Xue ran shi be, hen zuen lung, tan shi kung zhi zhong man he ay

Wo yung yen bu wang zhi ni, bu wang zhi ni na de ay

Lagu berisi ungkapan rasa terimakasih murid pada taman pendidikan itu mengawali kilas balik berdirinya Khong Kauw Hwee sebuah yayasan yang berdiri sejak tahun 1935 untuk memberikan pelayanan pendidikan gratis bagi anak- anak dari kalangan keluarga yang tidak mampu. Berada tepat di jantung Pecinan Semarang, justru di sekolah ini semangat solidaritas, pengabdian, dan kisah kemajemukan tumbuh setiap hari. Anak-anak peserta didik datang dari lintas suku, agama, dan ras  untuk mendapatkan hak pendidikan yang sama.

Baca Juga: Tradisi Tahun Baru Imlek 2024 di Kota Semarang

”Tidak ada satu siswa pun di sekolah ini mengeluarkan uang untuk membayar pungutan pendidikan. Tak hanya itu, mereka juga mendapat seragam sekolah, alat tulis, tas, sepatu, kaus kaki, topi sekolah, ikat pinggang, buku pelajaran, hingga pendidikan ekstrakurikuler,” terang Ketua Yayasan, Wong Aman Gautama Wangsa. Asalkan memenuhi syarat, yakni mengantongi surat pernyataan tidak mampu dari kantor kelurahan, sekolah ini menampung semua anak didik dengan latar belakang etnis yang beragam. Khong Kauw Hwee, kini juga dikenal dengan sebutan Sekolah Kuncup Melati, sebuah sekolah dengan latar belakang budaya Tionghoa. Jelang Imlek, sekolah ini juga rutin menggelar berbagai acara dan membagi kue keranjang hingga menyantap lontong cap go meh bersamaan. Seluruh siswa juga mahir untuk memainkan atraksi liong dan membuat berbagai aneka ketrampilan tanpa harus dibatasi oleh keyakinan dan agama. Anak-anak ini dilatih untuk memainkan kesenian barongsai dengan tujuan memberikan bekal ketrampilan, sehingga apabila terpaksa terpaksa tidak bisa menempuh pendidikan lanjutan, mereka dapat menggunakannya sebagai skill profesional.

Halaman:

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x