Respons Realitas Sosial, KPI UIN Walisongo Kembali Gelar Tadarus Komunikasi Seri 5

- 25 April 2022, 23:21 WIB
Respons Realitas Sosial, KPI Kembali Gelar Tadarus Komunikasi Seri 5
Respons Realitas Sosial, KPI Kembali Gelar Tadarus Komunikasi Seri 5 /

SINARJATENG.COM - Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam(KPI) UIN Walisongo Semarang kembali gelar Tadarus Komunikasi jilid 2 secara online dan offline pada senin 25 April 2022.

Tadarus Komunikasi Seri lima ini mengangkat tema 'perempuan dalam bingkai media'. Diketahui bahwa tadarus komunikasi ini diangkat atas dasar realita yang ada di lingkungan sosial.

Kegiatan ini dihadiri oleh dosen, mahasiswa dan peserta yang berasal dari berbagai daerah. Selain itu, kegiatan ini menghadirkan narasumber penulis novel Dua Barista Ning Najhaty Sharma, dosen FDK Muhammmad dan dosen KPI Silvia Riskha Fabriar sebagai moderator.

Baca Juga: Wajib Tahu! Berikut 8 Golongan yang Berhak Menerima Zakat

Silvia mengatakan, berbicara tentang perempuan masih adanya tektisme dan bias gender berupa objektifitasi perempuan ataupun komodifikasi perempuan, dan itu menjadi hal yang amat sangat lumrah, kita tahu bahwa media adalah cermin bagi realitas sosial yang ada di masyarakat, dan apa yang disampaikan media masyarakat akan meniru hal itu.

"Banyak dikalangan perempuan yang memiliki pandangan bahwa perempuan yang ideal adalah yang sering ditampilkan dalam media, putih, langsing, cantik dan lain sebagainya, itulah persepsi perempuan sehingga ingin merubah apa yang telah diberikan sang pencipta," ucap Silvia.

Senada dengan Silvia, Najhaty Sharma mengatakan, perempuan pesantren itu jenisnya berbeda dengan perempuan non-pesantren hal itu disebabkan karena ia memiliki sanad sanad dari keluarga kyai.

“Kita lihat perempuan jaman dauhulu khususnya yang di pesantren bahwa Tradisi adalah perwujudan dari nilai nilai moral yang diterapkan dari pesantren tersebut, dan yang menjadi sentral perempuan adalah sosok Bu nyai karena tidak tampil didepan publik atau khalayak, namun mengajarnya sangat sungguh-sungguh di dalam pesantren” ucap Ning Najhaty

Baca Juga: 4 Jawaban Cerdas Ketika Ditanya Mengapa Belum Menikah Ketika Lebaran

Selain itu Ning Najhaty juga mengatakan, bahwa perempuan pesantren jaman distrupsi ini,sangat lah berbeda dengan dahulu.

“Lima tahun terakhir media massa dimanfaatkan oleh para santri untuk menampilkan pribadi mereka sesuai passion, dan akhirnya memunculkan hal hal baru. Bahkan pesantren sekarang sudah memiliki sekolah, beda dengan tahun lalu, hanya mendirikan pesantren saja” ucap Ning Najhaty.

Selanjutnya Muhammad juga mengatakan bahwa Gender sebenarnya atribut-atribut sosial yang kemudian dikonstruksikan. Sehingga perempuan beranggapan bahwa perempuan mempunayai kasta kasta tersendiri dan laki laki pun memiliki kasta sendiri.

Baca Juga: Bela Tri Suaka dan Zidan, Denise Chariesta Dihujat Netizen, Hanya Pansos

“Karena gender konstruksi sosial, hal-hal tradisional diajarkan dari generasi ke generasi dan itu tidak mudah untuk langsung dirubah. Bias gender tidak bisa dirubah karena disepakati secara konvensi, dan banyak yang setuju dengan konstruksi social” ucap Muhammad.

Menurut Muhammad, perubahan melalui media yang paling terasa ada tiga yaitu Toxcic Mascullinity, Moderen Western Gender Perspective dan Feminis melawan Tradisionalis

“Jurusan KPI memiliki kontribusi dalam merubah melalui media karena mempelajari Nilai Islam yang berkeadilan termasuk kepada perempuan. Kita harus memiliki Skill and knowledge Media dan bagaimana membroadcasting memberikan gender secara (populis, ramah, dan menyenangkan),” ucap Muhammad.***

Editor: Muhammad Ahlan Kalasuba


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x