Di masyarkat, jalan rusak semua minta ke bupati, padahal itu ada status jalan provinsi, jalan nasional. Jalan provinsi banyak yang rusak, nasional juga,” tambahnya.
Ke depan, kata dia, potensi besar harus dapat dikembangkan. Blora punya peternakan sapi terbesar di Jawa Tengah, serta jagung terbesar kedua di Jawa Tengah. Namun, di Blora juga masih terpapat desa-desa miskin, terutama yang berada di pinggir hutan.
“Kalau melihat indikator kemiskinan (14 indikator), sebetulnya masyarakat kami tidak sepenuhnya miskin. Misalnya satu rumah punya sapi 5-10 ekor kemudian ditaruh di ruang tamu. Kebanggaan mereka adalah punya sapi banyak. Meksipun punya sapi, tapi rumahnya tidak mau dibangun, masih beralas tanah,” tandasnya.
Oleh karenanya, pihaknya mengajak UIN Walisongo untuk dapat bersama-sama mengatasi masalah tersebut, terutama kemiskinan ekstrim. Sejauh ini, ada 48 desa miskin ekstrim di Blora yang butuh sentuhan.
“UIN Walisongo bisa ambil 2-3 desa, lalu nanti didanai dengan dana CSR. Jadi kolaborasi ini penting,” pungkasnya.***