Perjalanan Sang Pencerah, KH. Ahmad Syafi'i Mufid

- 28 Desember 2020, 21:41 WIB
KH. Ahmad Syafi'i Mufid
KH. Ahmad Syafi'i Mufid /Kemenag.go.id

SINARJATENG.COM – "Wahai anak, cucu, isteri dan kerabatku semua! Aku sudah berjuang selama hidupku untuk kebahagiaan kalian. Aku sudah berikan pada kalian banyak hal. Sekarang aku akan pergi menuju Tuhanku. Apa yang bisa kalian berikan wahai keluargaku?". Ternyata keluarga besar hanya menjawab, "Bapak, kami hanya bisa nengantarmu ke liang kubur saja".

Demikian petikan dialog spiritual perjalanan hidup pak Syafi'i, yang tertuang dalam buku autobiografinya: 'Dimulai dari Alif berakhir di Nun' (halaman 72).

Buku yang terbit menjelang wafatnya beliau, telah menjadi warisan paling berharga bagi para anak, cucu, isteri dan kita semua. Karena dari bacaan setebal 360 halaman itu, disajikan pengalaman sejak masa kecil hingga dewasa dan dalam kondisi terkini. Merefleksikan pengalaman diri bukan pekerjaan mudah, karena tidak terlepas dari kekuatan subyektivitas.

Baca Juga: Kodam Jaya Ungkap Hasil Swab Tes Perawat yang Berhubungan Intim dengan Pasien Covid-19

Sebagai penulis ia sudah berupaya menjadi "orang lain" dengan menyebut "Syafi'i bilang, begini dan begitu". Bagaimanapun itulah retorika beliau, yang tidak sekedar permainan bahasa, tapi merupakan relaksasi perjalanan panjang, dari tahapan terawal (Alif) hingga yang sekarang (Nun), perjalanan hidup beliau seakan bermetamorfosis layaknya mengaji huruf-huruf hijaiyah agar bisa memahami kitab suci al-Qur'an yang bertuliskan huruf Arab.

Kutipan ungkapan di atas pun menandai sampurnaning ngaurip yang merajut cita keselayakan hidup manusia (Jawa), bahwa dengan usia terakhirnya yang mencapai 70 tahun, bersama isteri tercintanya telah berhasil (sampurna) membangun rumah tangganya yang tetap utuh dan bahagia. Pasangan ini berputera tiga, di mana dua di antaranya berpendidikan S2 dan satunya adalah dokter spesialis anak (SPa), semua sudah berumah tangga, berikut 9 cucu.

Melihat seorang pak Syafi'i yang dengan hidup sedemikian rapi masih aktif, kebanyakan orang akan bertanya, "apalagi yang kau cari pak Syafi'i?". Karena dengan kesuksesan membesarkan anak dan lebih lagi sudah memasuki masa pensiun, telah berarti cerminan keluarga berkecukupan secara lahir bathin.

Baca Juga: Hari Pertama Kerja ASN, Bupati Ciamis: Jangan Bolos Sanksi Tegas Bakal Menanti!

Tapi, bukan Pak Syafii kalau kecukupkan itu diartikan waktunya banyak berdiam diri di rumah. Baginya, perjalanan hidup masih panjang, dan panjang sekali. Demikian panjangnya hingga melampaui batas-kematiannya sendiri. Capaian materi dan kebendaan, pangkat, penghargaan dan kedudukan, bukan untuk menelikung pola berpikirnya.

Halaman:

Editor: Eko Wahyu Putranto

Sumber: kemenag.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah