Pilkada dan Pejuang Negatif

- 8 Desember 2020, 08:43 WIB
Dr. Aji Sofanudin, Peneliti Senior pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI
Dr. Aji Sofanudin, Peneliti Senior pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI /Dok. Pribadi / Sinarjateng.com

Baca Juga: PSBB Transisi diperpanjang Hingga 21 Desember 2020, Aturan Ganjil Genap di Jakarta Tidak Berlaku

Penanganan pasien di rumah isolasi dalam konteks: fasilitas, tempat tidur, makan tiga kali sehari, tempat mandi, dan kebersihan sudah bagus. Setiap hari, pasien dilakukan tes swab, hasilnya diumumkan hari berikutnya. Jika negatif, bisa langsung pulang sementara jika masih positif berarti tetap tinggal di rumah dinas.

Ada tim medis berjaga setiap saat. Olah raga dilakukan setiap pagi dan sore hari. Ada juga tim psikolog yang memberi motivasi. Fasilitas laundry juga ada, meskipun tidak semua pasien memanfaatkan. Warga yang terkonfirmasi positif agar melaporkan ke Puskesmas terdekat.

Ada ambulance hebat, 1500-132 yang siaga setiap saat. Warga kota Semarang tentu perlu bersyukur memiliki fasilitas penanganan pasien Covid-19 yang bagus. Semuanya free, tidak dipungut biaya.

Baca Juga: Usai Vaksin COVID-19 Tiba di Tanah Air, Begini Tanggapan Menkominfo

Meskipun demikian, tentu sebagai warga kota tidak boleh “berleha-leha” dan kendor terhadap ancaman nyata virus corona. Anjuran 3M (menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan) harus selalu diperhatikan. Bagaimanapun jika pasien membludak, tentu tim medis dan paramedis akan kewalahan menanganinya.

Pilkada berpotensi akan meningkatkan jumlah pasien Covid-19 jika tidak dikelola secara maksimal. Meskipun KPUD dan Bawaslu sudah membuat regulasi meminimalisir penyebaran Covid-19, namun potensi kerumunan di setiap TPS, di tingkat PPS, dan PPK sangat tinggi.

Pengalaman pribadi penulis, ketika berada di rumah dinas walikota pun bukan tanpa masalah. Data hasil swab hari kedua penulis tidak ada (katanya “ketlingsut”, belum keluar dari DKK). Akibatnya sempat juga tidak di swab pada hari itu karena tidak jelas hasilnya. Ada juga teman yang mengalami hal serupa. Memang persoalan data menjadi salah satu titik krusial penanganan Covid-19.

Baca Juga: Begini Keterangan Menkes Mengenai Pihak yang Jadi Prioritas Vaksinasi COVID-19 Tahap Pertama

Penulis pun memahami dengan mobilitas yang tinggi dari pasien (setiap hari ada yang masuk; ada yang keluar) membuat tim kewalahan. Sebagai contoh kecil, data penerima makan itu pun terkadang tidak update. Meskipun, secara faktual fasilitas makan enak, bergizi dan bervariatif dengan jadwal yang on time.

Halaman:

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x