Petinggi Militer Dunia Bersatu dan Mengutuk Tindakan Militer Myanmar Terkait Penggunaan Kekerasan

28 Maret 2021, 12:03 WIB
Ilustrasi militer Myanmar. /Instagram/@myanmar.tatmadaw/

SINARJATENG.COM – Petinggi militer Amerika Serikat dan beberapa sekutunya mengutuk kekerasan berujung kematian yang dilakukan militer Myanmar pada Sabtu 28 Maret 2021 lalu. Mereka juga menyatakan kredibilitas militer Myanmar sudah tidak ada lagi di mata rakyatnya.

Sebagaimana dilaporkan oleh Reuters, pernyataan bersama ini tergolong langka yang dideklarasikan oleh komandan militer paling senior dari beberapa negara di dunia termasuk Asia dan Eropa. Deklrasi ini direncanakan terbit pada akhir pekan ini.

Setelah beberapa laporan berita dan saksi menyatakan bahwa pada Hari Angkatan Bersenjata pada Sabtu lalu, pasukan keamanan kembali menembak sebanyak 114 warga sipil dan termasuk anak-anak. Dan merupakan hari paling berdarah seja Kudeta Militer 1 Februari lalu.

Baca Juga: Ledakan di Sekitar Gereja Katedral Makassar Diduga Bom Bunuh Diri

“Sebagai Kepala Pertahanan, kami mengutuk penggunaan kekuatan kekerasan yang menyebabkan kematian terhadap orang-orang tak bersenjata oleh Angkatan Bersenjata Myanmar dan pasukan keamanan terkait,” dari pernyataan tertulis sebagaimana dikutip Sinar Jateng dari laman Reuters.

Deklarasi ini telah ditandatangani oleh Kepala Pertahanan dari negara Australia, Kanada, Denmark, Jerman, Yunani, Italia, Jepang, Belanda, Selandia Baru, Korea Selatan, Inggris, dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, para diplomat dari negera tersebut telah mengutuk kekerasan yang meyebabkan kematian oleh militer Myanmar terhadap warga sipil, namun pernyataan tersebut dianggap simbolis.

Baca Juga: Wabup Minta Jamaah Al Khidmah Ikut Wujudkan Visi Kabupaten Pemalang AMAN

Hingga saat ini, militer Myanmar mengabaikan kritikan atas tindakan kekerasan yang mereka gunakan dan menganggapnya sebagai perbedaan pendapat saja.

Dalam deklarasi tersebut tidak secara terbuka mengutuk kudeta 1 Februari yang menggulingkan presiden terpilih Aung San Suu Kyi. Hanya disebutkan bahwa kemiliteran yang profesiaonal harus mengikuti standar internasional untuk berperilaku “dan bertanggung jawab untuk melindungi – tidak melukai – rakyat yang dilayaninya.”

Ditegaskan dalam deklarasinya bahwa militer Myanmar harus “menghentikan kekerasan dan berusaha untuk memulihkan kehormatan dan kredibilitas militer terhadap rakyat Myanmar yang telah hilang akibat tindakannya.”

Baca Juga: 9 Makanan yang TIDAK BOLEH Dimakan Saat Anda Sangat Lapar

Pada Sabtu 28 Maret 2021 lalu saat peringatan tahunan Hari Angkatan Bersenjata Myanmar dalam rangka memperingati dimulainya perlawanan terhadap Jepang tahun 1945, dilaporkan jumlah kematian bertambah. Saat ini tercatat total lebih dari 440 warga sipil meninggal sejak kudeta militer 1 Februari 2021.

Sanksi terbaru dari Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa lainnya telah menambah tekanan dari luar terhadap junta. Namun, Jenderal Myanmar telah mendapatkan dukungan dari Rusia dan China, yang mana, keduanya adalah pemegang veto Dewan Keamanan PBB dan dapat memblokir potensi tindakan apapun dari PBB.

Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin hadir dalam parade Hari Angkatan Bersenjata Myanmar yang berlangsung di Kota Naypyitaw pada sabtu lalu, dan telah bertemu dengan pemimpin senior junta pada hari sebelumnya.

Baca Juga: Revitalisasi Taman Balekambang Solo Menjadi Pusat Kebudayaan Jawa, Menteri PUPR: Ini Budaya, Harus Ada Rasa

Para diplomat menyebutkan Rusia, China, India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Laos dan Thailand mengirimkan perwakilannya pada Hari Angkatan Bersenjata. Dan Rusia menjadi satu-satunya yang mengirimkan wakil menterinya.***

Editor: Intan Hidayat

Tags

Terkini

Terpopuler