Sapa Gayeng Saparan dari Lereng Merbabu

- 3 Oktober 2022, 09:51 WIB
seorang anak menonton pertunjukan wayang kulit di sudut desa
seorang anak menonton pertunjukan wayang kulit di sudut desa /SinarJateng

Sebagaimana yang diucapkan oleh Parwadi (55) yang juga seorang pendeta di sebuah Gereja Kristen di Sowanan, Kecamatan Ngablak.

“Bagi kami kalangan Kristiani, momentum Saparan ini adalah kesempatan untuk saling bersilaturahmi, semakin merekatkan nilai-nilai persaudaraaan antar sesama manusia, biar semakin gayeng dalam bermasyarakat,” tutur Parwadi.

grup kesenian rakyat setempat yang meramaikan saparan
grup kesenian rakyat setempat yang meramaikan saparan SinarJateng

Lebih lanjut Parwadi menambahkan, rata-rata warga yang beragama Kristen, tetap memilik pandangan yang positif terhadap tradisi ini, meski Saparan tidak harus dimaknai secara harafiah dengan menyediakan sesaji di kalangan keluarga Kristiani.

“Yang paling penting bagi kami adalah saatnya saling berkunjung, merekatkan persaudaraan lintas iman dan saling menghargai,” kata Parwadi.

Baca Juga: Humas Pemprov Jateng Buka Kesempatan Magang Kerja untuk Fresh Graduated, Yuk Cek Persyaratannya di Sini!

Tradisi Saparan dilakukan berdasarkan sistem Jawa, yaitu dilaksanakan pada bulan Sapar dan pada hari yang ditentukan, sesuai hari pasaran Jawa. Sedangkan kata Saparan itu sendiri berasal dari kata Sapar, yaitu bulan kedua dari penanggalan Jawa.

Sistem hari pasaran yakni siklus lima hari dalam pekan tradisional Jawa yang secara berurutan yaitu Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing. Catatan ilmiah dari sejarawan Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya,  sistem hari sepasaran tersebut sangat penting untuk diketahui dengan pasti siklusnya oleh masyarakat Jawa.

Karena seringkali sistem perdagangan keperluan sehari-hari dan terutama makanan, ditentukan oleh irama hari pasaran tersebut. Hitungan pasaran tersebut hingga kini bahkan masih dijumpai dalam dinamika masyarakat Jawa terutama yang tinggal di pedesaan.

Di beberapa desa lereng gunung Merbabu termasuk Desa Sowanan ini, Saparan menjadi sebuah tradisi yang melibatkan hampir semua warganya. Aneka kegiatan dan hiburan disamping ritual wajib yang dilakukan melibatkan seluruh warganya, meski Saparan tiap desa bisa berbeda-beda waktunya dan tidak berjalan serempak.

Halaman:

Editor: Intan Hidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x