“Terima kasih Pak sudah bersedia menyapa. Biasanya kami setelah Salat Id itu berkumpul. Biasanya acaranya macam-macam, ada halal bihalal terus hiburan lagu-lagu,” kata Ranti dan Liana.
Kondisi berbeda dirasakan PMI yang ada di Hongkong dan Taiwan. Kasus Covid-19 yang sedang meningkat, membuat pemerintah setempat memberlakukan beberapa pembatasan.
“Di Hongkong saat ini sudah kondusif, untuk Salat Id harus ngantre karena belum bisa terbuka di lapangan. Jadi bergilir agar bisa salat semuanya,” ujar Helen PMI yang berada di Hongkong.
Helen mengatakan, aturan selama pandemi di Hongkong cukup ketat. Sanksinya, kata Helen, senilai dengan satu ekor sapi.
“Alhamdulillah di kita sudah bisa mereda. Kita mesti belajar di beberapa negara ketentuannya ketat. Inilah yang kemudian kita coba bisa sikapi,” terang Ganjar.
Selain ngobrol dengan PMI, Ganjar juga menyapa para transmigran Jateng yang berada di Kalimantan. Beberapa dari mereka saat ini menjadi petani sawit.
Baca Juga: Lirik Lagu Dengan Nafasmu- Ungu, Dan Demi Nafas yang Telah Kau Hembuskan
“Pak tolong dibantu subsidi pupuk, mahal pak,” kata sejumlah petani sawit di Sungai Mata-mata, Kalimantan Barat.
Baca Juga: Ucapan Lebaran Bikin Baper Mengandung Kode Harapan Bukan Hanya Sekedar Teman, Berani Coba?
Ganjar pun merespon mereka. Ganjar mengatakan akan segera berkomunikasi dengan Menteri Pertanian agar bisa meninjau harga pupuk yang mahal.
“Komplainnya Pak Menteri Pertanian, ternyata pupuknya mahal sekali. Nah melalui ini mungkin bisa disiarkan agar pupuknya bisa terjangkau petani kita, sehingga produktivitasnya menjadi sangat tinggi,” beber Ganjar.