JP3M Gelar Webinar Penguatan Pemberdayaan Perempuan Pesantren, Berikut Pesan Ning Nawal

- 7 Oktober 2021, 23:26 WIB
Ning Nawal sebagai Keynote Speaker dalam Webinar yang diadakan JP3M
Ning Nawal sebagai Keynote Speaker dalam Webinar yang diadakan JP3M /Tangkap Layar Youtube.com/JP3M Nusantara

SINARJATENG.COM - Jamiyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Mubalighoh (JP3M) menggelar acara Webinar Dalam Rangka Hari Santri Nasional 2021 dengan mengusung tema "Penguatan Peran JP3M dalam Konteks Pemberdayaan Perempuan Pesantren”  pada Kamis 7 Oktober 2021.

Acara ini dilaksanakan secara virtual dan dihadiri oleh Ketua Umum JP3M, Nyai.Hj.Hanik Maftukhah Afif, Nyai Hj. Nawal Nur Arafah Taj Yasin (Ibu Wakil Gubernur Jawa Tengah dan Pembina JP3M), Ibu Hj. Zeni Lutfiyah, S.Ag., M.Ag (Koordinator Bidang Pemberdayaan Perempuan JP3M/Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta) dan Ibu Nyai Hj. Kamilia Hamidah M.A (Divisi Pendidikan JP3M/Dosen Institut Pesantren Mathali'ul Falah Pati). 

Ketua Umum JP3M, Ibu Nyai Hj. Hannik Maftukhah Afif, menyampaikan rasa syukur kepada Allah SWT atas terselenggaranya acara Webinar JP3M dalam rangka Hari Santri Nasional 2021 tiada halangan suatu apapun, semoga membuka cakrawala ilmiah kita menjadikan manfaat di seluruh indonesia.

Baca Juga: INFO BEASISWA! Bank Syariah Indonesia Buka Pendaftaran Beasiswa Inspirasi S1, Paling Lambat 8 Oktober 2021

"Sebagai manifestasi rasa syukur kami kepada Allah SWT kami ucapkan Alhamdulillah karena terlaksana webinar ini dalam rangka Hari Santri Nasional 2021 untuk membuka cakrawala ilmiah kita, semoga menjadi manfaat di seluruh Indonesia." Ucap Ibu Nyai Hanik dalam sambutannya. 

Hj. Nawal Nur Arafah Taj Yasin, M. Si. (Istri Wakil Gubernur Jawa Tengah) dalam Keynote Speakernya menyampaikan tentang tantangan yang di pesantren agar bisa memainkan perannya dalam memberdayakan kaum perempuan di pesantren karena masih banyak tuduhan negatif terkait peran perempuan di pesantren.

"banyaknya stigma kurang baik terkait tuduhan terhadap pesantren terkait dengan kesetaraan/keadilan hak bagi perempuan yaitu ada anggapan bahwa pesantren memiliki pandangan-pandangan tradisional yang cenderung berlawanan dengan gerakan keadilan dan kesetaraan hak-hak perempuan, pesantren dianggap kurang mengapresiasi kiprah dan peran perempuan dalam ranah publik, pesantren dianggap hanya memandang keutamaan peran perempuan pada fungsi reproduksi & tanggungjawab rumah tangga, Pesantren dianggap lebih memberikan perhatian terhadap kepemimpinan ulama laki-laki ketimbang ulama perempuan, Pesantren dianggap kurang menghormati dan memberi kesempatan terhadap ulama perempuan." Jelas Perempuan yang akrab disapa Ning Nawal itu.

Baca Juga: Cara Lancar Berbicara di Depan Umum, Berikut Ini Tipsnya

Ning Nawal juga menyampaikan bahwa peran perempuan pesantren secara nyata sangat besar, dan pesantren kini juga sudah terbuka terhadap nilai-nilai kesetaraan gender.

"Nyatanya peran perempuan pesantren sangat besar yaitu pesantren secara dinamis mampu merespons wacana & tuntutan gerakan keadilan & kesetaraan bagi perempuan baik di ranah publik maupun privat, banyak pemikiran, kehendak, dan gerakan keadilan & kesetaraan gender yang lahir dari pesantren, seperti RA. Kartini & Ibu Nyai Dra. Hj. Nafisah Sahal Mahfudz, dll, pesantren semakin terbuka dan menerima nilai-nilai keadilan & kesetaraan gender dan menerapkan pendekatan korektif terhadap hazanah fiqih perempuan, fiqih perkawinan, dan fiqih keluarga, dan Pesantren juga aktif mempromosikan nilai dan pemikiran Islam yang menghormati hak-hak perempuan, misalnya konsep al-kulliyah al-khams (lima prinsip umum) yang memperlakukan sama antara laki-laki dan perempuan (hak atas keselamatan fisik, keyakinan, milik pribadi, pekerjaan, serta kesucian keturunan dan keselamatan keluarga)." Tegas Ning Nawal.

Halaman:

Editor: Isyti Karimah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x