Kisah Inspiratif dari Sang Garda Terdepan Penanganan COVID-19

- 5 Desember 2020, 22:29 WIB
dr. Aulia Giffarinnisa (Dokter - RSDC Wisma Atlet)
dr. Aulia Giffarinnisa (Dokter - RSDC Wisma Atlet) /Satgas Covid-19/

SINARJATENG.COM - Panggilan hati, dedikasi dan integritas menjadikan banyak orang mengabdi bagi penanganan Covid-19 di garda terdepan.

Banyak cara untuk mengabdi bagi kemanusian di tengah pandemi ini. Salah satunya seperti yang dilakukan dr. Aulia Giffarinnisa.

Cerita inspiratif ini ia bagikan dalam dialog produktif bertema Berbakti Untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih di Jakarta.

Baca Juga: Sempat Menambah Kasus Positif, Peningkatan Kesembuhan Harian Papua Kini Tinggi

Panasnya baju dan perlengkapan APD yang membekap tubuhnya dan puasa yang harus dijalani saat bertugas, tidak membuatnya mundur dari pengabdian di garis depan penanganan Covid-19 di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Jakarta.

Awalnya, perempuan yang disapa Farin ini tidak mengantongi izin dari keluarganya. Pasalnya, korban jiwa dan kasus positif terus bertambah sejak kasus pertama diumumkan pemerintah secara resmi pada awal Maret 2020. Berperang dengan virus yang begitu cepat berpindah dan menginfeksi banyak orang membuat keluarga Farin ragu dengan keputusan yang diambil dokter yang pernah bertugas di daerah Sulawesi Selatan ini.

“Saya tidak menyerah dengan keinginan saya untuk mengabdikan diri, saya terus meyakinkan orang tua dan keluarga. Akhirnya izin dari orangtua saya keluar pada Agustus lalu dan mulai September saya bertugas di Wisma Atlet,” kisahnya dalam Dialog Produktif yang mengangkat tema ‘Berbakti untuk Kemanusiaan Tanpa Pamrih’. Dialog ini diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) di Media Center KPCPEN, Jumat 4 Desember 2020 dalam rangka Hari Relawan Internasional pada 5 Desember.

Baca Juga: Produktif dan Disiplin 3M, Kunci Cegah Klaster Kantor

Selama bertugas, banyak suka duka yang dihadapinya apalagi pada September lalu, tempat tidur di komplek Wisma Atlet hampir penuh. “Awalnya takut, namun akhirnya cepat beradaptasi. Sistem kerja shift 8 jam namun karena memakai APD maka harus bersiap satu jam sebelumnya. Selama bertugas juga tidak boleh membuka APD jadi tidak boleh buang air dan terpaksa puasa,” ceritanya.

Halaman:

Editor: Eko Wahyu Putranto

Sumber: covid19.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x