SINARJATENG.COM - Banyaknya masyarakat yang bergejala Covid-19 tetapi tidak mau melakukan antigen atau PCR, menjadi kendala bagi PMI untuk menghimpun pendonor plasma konvalesen.
Keluhan ini disampaikan Kepala Unit Donor Darah Banyumas dr Ivone Rusyandari, saat Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen mengecek pemenuhan kebutuhan donor plasma di PMI Banyumas, Senin 2 Agustus 2021.
“Banyak yang tidak mengecek PCR maupun antigen, tapi gejalanya Covid. Kan banyak. Anosmia, demam, batuk tapi mereka tidak mau PCR, dan mereka tidak mau antigen. Mereka hanya isoman di rumah,” tuturnya.
Baca Juga: Ketua Komisi C DPRD Pemalang Minta Keluhan Jalan Rusak dari Warga untuk Segera Disikapi
Kondisi itu, kata Ivone, membuat mereka tidak terdata, dan ketika ingin berdonor, PMI tidak bisa memberi izin. Sebab, tidak ada bukti yang bisa ditunjukkan jika mereka betul-betul terpapar Covid-19.
Padahal, di sisi lain, kebutuhan plasma konvalesen terhitung tinggi. Ivone menyebut, untuk Juni 2021, dari kebutuhan 812 kantong, baru terpenuhi 319 kantong. Sementara pada Juli 2021, kebutuhannya lebih tinggi lagi, yakni 923 kantong, dan hanya terpenuhi 435 kantong.
Ditambahkan, UDD PMI Banyumas sudah melakukan upaya-upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Antara lain, gencar memberikan sosialisasi melalui media sosial, menyelenggarakan webminar dan bekerja sama dengan berbagai institusi. Seperti pondok pesantren, kepolisian, dan BUMN.
Baca Juga: Bupati Cilacap Ajak Penyintas Covid-19 Donor Plasma Konvalesens Guna Percepatan Penanganan Covid-19
Wakil Gubernur Taj Yasin sepakat, keengganan masyarakat untuk melapor ketika terpapar Covid, memang menjadi kendala. Itu pula yang membuat data kasus Covid terkesan rendah. Padahal, angkanya lebih tinggi ketika mereka mau jujur.