SINARJATENG.COM – Praktik puasa di Inggris selama Ramadan tahun lalu tidak menyebabkan tingkat kematian COVID-19 yang lebih tinggi di kalangan Muslim, menurut sebuah laporan terbaru.
Studi yang diterbitkan pada Kamis 1 April 2021 di Journal of Global Health, mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Muslim Inggris yang menjalankan ibadah di bulan suci lebih mungkin meninggal karena infeksi virus corona.
Selama Ramadan, yang berlangsung sekitar empat minggu, umat Islam di seluruh dunia pantang makan dan tidak minum apapun dari fajar hingga matahari terbenam.
Ada lebih dari tiga juta Muslim di Inggris, sekitar lima persen dari populasi, dan sebagian besar berasal dari Asia Selatan.
Banyak komunitas Muslim terkena dampak pandemi secara tidak proporsional, bersama dengan kelompok minoritas lainnya.
“Temuan kami menunjukkan bahwa praktik yang terkait dengan Ramadan tidak memiliki efek merugikan pada kematian akibat Covid-19,” kata laporan itu.
Baca Juga: Walikota Hendi Ingin Masifkan Semangat Membaca Masyarakat Melalui Literasi Digital
“Ada banyak komentar yang menunjukkan bahwa perilaku dan praktik budaya komunitas minoritas menjelaskan peningkatan keterpaparan mereka terhadap pandemi,” tambah laporan tersebut,