Alami Keputihan Tidak Normal? Bisa Jadi Salah Satu Gejala Kanker Serviks

1 Februari 2021, 21:55 WIB
ilustrasi perempuan.* /Pixabay/

SINARJATENG.COM - Sebagian besar pasien yang menderita penyakit kanker serviks tidak mengetahui bahwa pada akhirnya mereka mengidap penyakit tersebut.

Hal itu juga disampaikan Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais dr. R. Soeko Werdi Nindito Daroekoesoemo, MARS, dalam webinar bertajuk "Lindungi Diri dan Orang Terkasih dari Kanker Serviks" pada Sabtu 30 Januari 2021.

"Sebab, kanker serviks adalah kanker yang sangat sulit dideteksi pada stadium awal, karena memang tidak ada gejala yang terlihat dan keluhan apapun dari pasien," ucapnya.

Baca Juga: Link Live Streaming Real Betis vs Osasuna: Prediksi Line Up Kedua Tim

Kendati demikian ada beberapa tanda yang menunjukkan anomali pada area leher rahim yang sudah terpapar human papilloma virus (HPV) sebagai penyebab kanker serviks. Salah satunya adalah terjadinya keputihan yang tidak wajar.

Perempuan perlu waspada bila mengalami keputihan dengan konsistensi yang tidak biasa, berbau tak sedap, disertai sensasi terbakar serta gatal di dalam dan sekitar area vagina.

Dokter spesialis ginekologi onkologi RS Kanker Dharmais Jakarta, Widyorini Lestari Hutami Hanafi Sp.OG (K) Onk mengatakan bahwa gejala berupa keputihan tidak wajar tersebut akan terjadi bila penderita kanker setidaknya sudah memasuki stadium 1B.

Baca Juga: Dirjen Pendis: Guru Besar PTKI Mestinya Bangun Perubahan Sosial

"Gejala seperti keputihan itu biasanya sudah memasuki stadium yang sudah agak parah. Kemudian adanya pendarahan saat bersenggama atau di luar siklus haid," ujar Widyorini.

Selain keputihan yang tidak wajar gejala berupa nyeri pada area pinggul yang menjalar hingga pergelangan kaki juga perlu diwaspadai.

"Bila sudah merasa nyeri pinggul yang menjalar hingga kaki dan sulit buang air kecil, baiknya segera memeriksakan diri ke dokter," kata Widyorini.

Baca Juga: Dukung Semangat Baru Kemenag, DWP Akan Lanjutkan Program SPAK

Widyorini kemudian menyatakan hal serupa dengan Soeko, bahwa lesi prakanker serviks tidak bergejala, sehingga gejala-gejala seperti keputihan tidak wajar baru nampak ketika penderita sudah memasuki stadium lanjut.

Untuk itu Widyorini mengingatkan pentingnya perubahan pola pikir perempuan, supaya melakukan pencegahan berupa vaksinasi HPV serta melakukan skrining berupa papsmear dan tes HPV DNA, tanpa menunggu munculnya gejala kanker serviks.

"Jangan datang ke dokter ketika sudah bergejala, tapi masih sehat pun juga harus skrining supaya ketika ditemukan lesi prakanker bisa langsung diterapi," jelas Widyorini.

Baca Juga: Kunjungi Mabes TNI AU, Kapolri: Sepakat untuk Bangun Sinergi dan Solidaritas TNI-Polri

Bila vaksinasi HPV dapat dilakukan sejak anak perempuan berusia 9 tahun, maka pap smear paling cepat dapat dilakukan setelah dimulainya hubungan intim untuk pertama kali. Widyorini berpesan bahwa pap smear sebaiknya dilakukan setiap satu tahun sekali, sedangkan tes HPV DNA dapat tiga tahun sekali kalau hasilnya negatif.***

Editor: Anto Kurniawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler