Ketua PWI Jateng itu baru saja menerbitkan antologi puisinya yang ketiga, "Kematian, Setiap Kali".
Amir menyajikan puisi "Kami Tak Henti Menatap Langit" dalam acara berdurasi lebih dari satu jam itu.
Mengaku Gemetar
Sebagian tokoh dengan bercanda mengaku gemetar karena baru pertama kali membaca puisi.
Sementara Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memilih membaca "Jutaan Mata Virus" karena puisinya pendek.
Baca Juga: Jadwal Layanan Sim Keliling Kebumen Hari Ini Sabtu 14 Agustus 2021, Ini Lokasinya
Rektor Udinus Prof Dr Ir Edi Noersasongko M Kom yang membacakan “Azan Mengudara Sempurna” mengisahkan harus lebih dahulu berlatih membaca sajak di depan istri.
Kiai Darodji mengulas, puisi "Sunyi Silaturahim" yang dia baca cocok sebagai penggambaran nyata kondisi pandemi Covid-19.
Walaupun menyatakan sebagai pengalaman baru, ketiga akademisi, Ahmad Rofiq, Made, dan Wilsa tampil prima.
Ahmad Rofiq khusuk membacakan “Dalam Longgar Putaran Tawaf”, Made sangat menjiwai saat membawakan “Cinta Tak Bisa Dikarantina”, dan Wilsa begitu menyentuh saat melafalkan “Kau Tentu Tak Ingin Menjernihkan Bumi dengan Kematian”.