Network
SINARJATENG.COM– Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulan Terorisme (BNPT) menyampaikan selama lima tahun terakhir trend ancaman terorisme di Indonesia bergerak secara fluktuatif. Terdapat peningkatan pada 2019, penurunan pada 2020 dan peningkatan kembali di tahun 2022. Dunia pendidikan dihantui dengan tindakan radikalisme. Fenomena terbaru di tahun 2022 mahasiswa di Universitas Negeri di Kota Malang ditangkap Densus 88 karena memiliki keterlibatan dalam pedanaan terorisme.
Untuk menangkal hal tersebut Kementerian Agama mengkampanyekan Moderasi Beragama. Penguatan Moderasi beragama di lingkungan Kementerian Agama merupakan mandatori dan program prioritas Kementerian Agama.
Salah satu cara penguatan moderasi beragama di UIN Walisongo, melalui Mahad al-Jamiah mengadakan seminar moderasi Beragama dengan Tema “Membangun Persatuan melalui Moderasi Beragama dan Sinergitas Anak Bangsa,” pada Sabtu 13 Mei 2023.
Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh santriwan dan santriwati Mahad sejumlah 780 santri, di Aula Gedung Baru Mahad.
Kegiatan dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UIN Walisongo Dr. Achmad Arif Budiman,M.Ag. dan Kepala Mahad Al Jamiah Dr. Amir Tajrid, M.Ag.
Pemateri dalam Seminar ini adalah Dr. Mokhamad Mahfud,S.Sos.I, M.S.I. selaku Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta; Fuad Hasyim,M.Ek. Ketua Rumah Moderasi UIN Raden Mas Said Surakarta; M.Syaiful Mujab,M.A. yang merupakan Musyrif pada Mahad al- Jamiah dan Rumah Moderasi Beragama UIN Walisongo Semarang.
Wakil Rektor Bidang Mahasiswa dan Kelembagaan, Dr. Achmad Arif Budiman,M.Ag. dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan ini karena memberikan kemaslahatan.
"Kegiatan ini merupakan perwujudan UIN Walisongo dalam memenuhi mandatori Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri yaitu Merdeka Belajar-Kuliah Merdeka, Moderasi beragama dan Mahad al-Jamiah,” ungkapnya.
“Moderasi Beragama penting dibangun dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Dengan semua perbedaannya namun berbhineka tunggal ika disatukan dalam NKRI. Perbedaan itu fitrah kemanusiaan kita," ujarnya.
