Network
SINARJATENG.COM - Kemuliaan sebuah pekerjaan bukan diukur dari seberapa nilai upah yang diberikan, namun seberapa besar si pekerja mampu amanah dengan pekerjaan yang diberikan. Menjadi petugas kebersihan yang gajinya tak seberapa, Mujianto tetap merasa senang.
Ia mengaku senang pekerjaan yang dijalaninya saat ini sebab ia dapat memiliki lebih banyak teman yang semuanya kompak. “Sama suka sama duka,” begitu Mujianto menyebut pertemanannya.
Menurutnya, saat bulan puasa terdapat beberapa perubahan pola kerja. Dari segi jam kerja terdapat sedikit pengurangan. Namun di sisi lain, ia harus berangkat lebih awal dari waktu biasanya. Jika pukul 03.00 WIB orang-orang sedang makan sahur, Mujianto dan rekan-rekan lainnya sudah harus berangkat dari rumah untuk bekerja.
Baca Juga: Angkringan Pak Diman Gratiskan Menu Buka Puasa untuk Lansia dan Dhuafa
“Kalau hari biasa mulai jam 5 pagi sampai jam 2 siang (9 jam). Kalau Ramadan mulai jam 4 sampai 10 pagi,” rincinya.
Bahkan, tak jarang Mujianto makan sahur di jalan-jalan yang ia bersihkan. Jika saat berbuka puasa ia bisa selalu bersama keluarga, saat sahur ia hanya 4 (empat) kali saja bareng bersama keluarga. Meski begitu, banyak orang baik yang menghampirinya saat sahur. Anak-anak muda dan mahasiswa, kata Mujianto, kerap melakukan aksi bagi-bagi makanan sahur di jalanan.
"Biasanya kita sering sahur di jalan. Kadang juga kan ada yang bagi-bagi sahur di jalan itu," ucapnya.
Hal lain yang patut dipuji dari sosok Mujianto adalah kebaikan hati dan lakunya kepada semua orang, terutama kepada keluarganya di rumah. Selama Ramadan ia bisa pulang lebih awal dari biasanya, yaitu pukul 10.00 WIB sudah diperkenankan untuk pulang. Kesempatan itu dijadikannya untuk membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah. Setelahnya, ia juga memiliki lebih banyak waktu bermain dengan anak-anak. Hal terpenting lainnya yang disyukuri Mujianto adalah dapat selalu berbuka puasa dengan keluarga setiap hari.
