SINARJATENG.COM - Buah hati mengalami alergi serta gatal-gatal saat berada di tempat baru menjadikan tubuhnya harus ikut beradaptasi.
Terutama jika kondisinya berbeda 180 derajat. Ada kalanya, tubuh anak yang biasa hidup di kawasan yang udaranya bersih langsung bereaksi saat berada di tempat yang udaranya kotor.
Menurut Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Raendi Rayendra menjelaskan, hal itu bisa terjadi karena tubuh sedang mengenali alergen atau benda asing yang akhirnya memicu reaksi alergi.
Baca Juga: Dinkes Jateng Umumkan Target Vaksinasi Selanjutnya Usai Progres Tahap Pertama Capai 54 Persen
"Misalkan kita berbicara tentang debu, tadinya di suatu negara bersih datang ke Indonesia, terpapar debu, terhirup. Kemudian tubuh mengenali alergen atau debu tersebut sebagai benda asing. Akhirnya tubuh mengeluarkan suatu reaksi yaitu alergi, hipersensitivitas," jelas Raendi di Jakarta, Sabtu.
Di negara empat musim, biasanya alergi yang berhubungan dengan debu semakin banyak terjadi ketika musim gugur tiba.
Bagaimana dengan anak yang biasa hidup di lingkungan dengan polusi udara tinggi? Dia mengatakan, bisa saja kekebalannya meningkat sehingga bebas dari alergi debu ketika pindah ke tempat yang jauh lebih bersih. Meski demikian, alergi tetap mungkin terjadi akibat pemicu yang berbeda, contohnya cuaca.
Baca Juga: 31 Kabupaten dan Kota di Jateng Canangkan Vaksinasi Covid-19 secara Serentak
"Cuaca dingin bisa menyebabkan alergi. Jadi tidak hanya debu, tapi cuaca, suhu juga dapat menyebabkan alergi."