KPI Gelar Tadarus Komunikasi Bertajuk 'New media dan Pergeseran Otoritas Agama'.

28 April 2022, 20:53 WIB
KPI Gelar Tadarus Komunikasi Bertajuk 'New media dan Pergeseran Otoritas Agama'. /

SINARJATENG.COM - Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam(KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Walisongo Semarang kembali menggelar Tadarus Komunikasi seri keenam melalui aplikasi Zoom Meeting pada Kamis, 28 April 2022.

Kegiatan ini bertajuk 'New media dan Pergeseran Otoritas Agama'. Diketahui bahwa, tema ini diangkat atas kewaspadaan masyarakat terhadap new media, yang saat ini banyak terjadi pergeseran otoritas agama melalui media dan bahkan merubah budaya tradisonal.

Adapun pemateri dalam tema ini adalah
Kepala LPPM Kwik Kian Gie School of Business Dr. Imam Nurayo, MA (Comms) dan dosen FDK Dr. Najahan Musyafak, MA. Sebagai pemandu jalannya diskusi, kegiatan ini dimoderatori dosen KPI Adeni, MA.

Seperti biasanya, kegiatan ini dihadiri oleh dosen, mahasiswa dan peserta yang berasal dari luar daerah.

Baca Juga: 4 Alasan Tokoh Hermione Granger Disukai Banyak Orang

Sebagai pemantik diskusi Adeni mengatakan bahwa keberadaan new media berdampak pada otoritas keagamaan. Media baru menawarkan keterbukaan yang berdampak pada setiap orang untuk bebas berekspresi.

"Otoritas media baru memang menguntungkan karena bagian dari inovasi dakwah namun disisi lain juga mengancam otoritas agama," ucap Adeni, MA.

Pada kesempatan yang sama, Imam membahasa mengenai gejala pergeseran Otoritas agama, khususnya di Indonesia yang mana saat ini penduduk Indoensia didominasi generasi Z, dan generasi milenial.

"Berbicara new media, sekitar 20 atau 10 tahun lalu fokusnya lebih ke internet dan ini dialami oleh generasi Growing up. Berbeda dengan sekarang, konsep media yang tentunya untuk pengguna media baru dan dialami oleh generasi Y,Milenail, X dan Post Milenail, " ucap Imam.

Baca Juga: Lirik Lagu Aku Masih CInta- Papinka, Hanya Karena Dia Kau Membagi Cintaku

Lebih lanjut, Imam juga mengatakan gejala pergeseran otoritas perkembangan media yang dapat dirasakan antara lain, mulai banyak terbit buku-buku islami yang popular selama tiga dekade belakangan, dan diiringi dengan banyaknya event pameran buku Islam.

"Semakin banyaknya situs web Islam yang dikelola baik oleh lembaga keagamaan ataupun individu, semakin kreatif dan inovatif cara penyampaian syiar dan dakwah terumata di Tv ; Semakin semarak bermunculan content creator di media sosial (terutama sebagai Youtuber) yang mengisi content-content berbagai dinamika keislaman dan perilaku masyarakat muslim,” kata Imam.

Selanjutnya Najahan juga mengatakan bahwa, perkembangan teknologi komunikasi dan informasi melalui media baru (new media) telah mengubah struktur dan relasi sosial, otoritas dan legitimasi individu menuju demokratisasi informasi.

Baca Juga: Link CCTV LIVE! Pantau Arus Mudik 2022 Jalur Lebaran 1443 H di Ruas Tol dan Non Tol Antisipasi Kemacetan

“Media baru secara langsung telah merusak bentuk otoritas tradisional yang didasarkan pada transmisi lisan, bentuk pembelajaran tekstual berbasis cetak yang linier, hierarkis, imitatif, dan berulang," ucap Najahan.

Najahan juga memberikan contoh bentuk otoritasi tradisional, Sebelum ada new media atau media massa, budaya sungkeman harus pasti dilakukan dan itu menjadi sebuah keharusan, namun berbeda dengan new media ini. Hal seperti itu sudah bukan suatu keharusan karena dapat dilakukan secara virtual. Dari sini sangat jelas bahwa otoritas tradisional merubah budaya sungkeman saat lebaran.

“New media ini memberikan tantangan yang cukup mengerikan, karena di media global modern, kemampuan untuk mengklaim otoritas agama telah didemokratisasi, dimanapun, siapa pun dapat mengambil peran sebagai ulama, dai, ustadz ataupun kyai. Bahkan teknologi informasi dan budaya global telah melemahkan bentuk otoritas keagamaan tradisional yang ditandai dengan meluasnya cara komunikasi konvensional, membuka peluang baru untuk debat dan menciptakan visi alternatif komunitas global," ucap Najahan.***

Editor: Muhammad Ahlan Kalasuba

Tags

Terkini

Terpopuler